Jalur Gaza membutuhkan biaya sangat besar untuk rekonstruksi akibat 2 tahun serangan Israel, yakni setidaknya 53 miliar dolar AS (Foto: AP)
Laporan terbaru dari Bank Dunia, Uni Eropa, dan PBB nunjukin Gaza butuh dana gila-gilaan, sekitar Rp881 triliun, buat rekonstruksi pasca dua tahun serangan Israel. Sektor perumahan paling parah, disusul kesehatan dan pendidikan.
ISTANBUL | Gaza Butuh Rp881 Triliun Buat Bangkit Lagi Ini Detailnya
Bayangin aja, hampir 90 persen bangunan di Jalur Gaza hancur. Setelah dua tahun diserang Israel, wilayah kecil itu sekarang kayak puing raksasa. Dan buat ngebangun semuanya lagi? Gak main-main butuh sekitar Rp881 triliun! š±
Angka itu muncul dari laporan IRDNA (Interim Damage and Needs Assessment) yang disusun bareng sama Bank Dunia, Uni Eropa, dan PBB, dirilis Februari 2025. Dalam laporan itu disebut, Gaza dan Tepi Barat perlu 53 miliar dolar AS buat rekonstruksi penuh. Sementara untuk kebutuhan darurat 3 tahun pertama aja, udah nyentuh 20 miliar dolar AS alias Rp332 triliun lebih.
Rumah-Rumah Hancur, Warga Gaza Kehilangan Tempat Tinggal
Sektor paling parah? Jelas perumahan. Menurut laporan IRDNA, sekitar 15,2 miliar dolar (30% dari total kebutuhan) dialokasikan cuma buat bangun rumah lagi. Buat jangka pendek (3 tahun ke depan), butuh dana sekitar 3,7 miliar dolar untuk tempat tinggal sementara sambil bangun rumah permanen. Kalau ditotal untuk jangka panjang, biaya buat rekonstruksi rumah-rumah yang hancur tembus 11,4 miliar dolar AS.
Gak heran, karena menurut data PBB dan UNRWA, sejak Oktober 2023 sampai Mei 2025, 92 persen rumah di Gaza udah rata sama tanah. Bahkan 81.000 unit rumah dipastikan hancur total.
Sektor Kesehatan Juga Kolaps
Bukan cuma rumah, fasilitas kesehatan di Gaza juga kena imbas parah. Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bilang, buat ngebenerin semua itu butuh lebih dari 7 miliar dolar AS. Dana itu bakal dipakai buat:
Respons kemanusiaan (kayak bantu rumah sakit darurat dan tenaga medis)
Pemulihan awal
Rekonstruksi jangka panjang
Catatan WHO juga ngeri banget: Ada 778 serangan ke fasilitas kesehatan, 34 rumah sakit rusak, 91 pusat medis ancur, dan 210 ambulans dihantam. Lebih dari setengah rumah sakit di Gaza gak beroperasi, dan 1.700 tenaga kesehatan tewas sejak perang pecah.
Sekolah dan Kampus? 97 Persen Rusak!
Sektor pendidikan juga gak kalah tragis. Menurut UNESCO, per Juli 2025:
97% sekolah di Gaza rusak parah,
518 dari 564 sekolah butuh rekonstruksi total,
dan 660 ribu anak masih belum bisa sekolah.
Data PBB bahkan nyebutin, 17.237 siswa, 1.271 mahasiswa, dan 967 staf pendidikan tewas sejak awal serangan.
Buat pulihkan sektor pendidikan, IRDNA perkirakan butuh 3,8 miliar dolar AS dalam 5 tahun. Prioritas awalnya:
Bangun ruang belajar darurat (tenda & bangunan prefabrikasi)
Rehabilitasi sekolah yang jadi tempat pengungsian
Layanan psikososial buat anak-anak
Dan ngatasi ālearning lossā besar-besaran
Energi Jadi Masalah Serius
Biar listrik nyala lagi, Gaza perlu 365 juta dolar buat sektor energi di tahap awal. Mereka juga butuh minimal 322.000 liter bahan bakar setiap hari buat generator buat rumah sakit, air bersih, dan produksi makanan.
Tapi masalahnya, suplai listrik di Gaza udah lama parah. Kapasitas pembangkit lokal cuma bisa nutup 35 persen dari kebutuhan. Akibatnya, pemadaman listrik sering banget terjadi.
Tantangan Rekonstruksi: Gak Cuma Duit
Menurut Ahmed Bayram dari Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), membangun kembali Gaza itu misi global yang belum tentu bisa kelar dalam waktu dekat. āTantangannya luar biasa besar. Israel harus bener-bener ngizinin bahan konstruksi dan alat berat masuk biar infrastruktur bisa diperbaiki cepat,ā ujarnya ke Anadolu.
Sementara Mamoun Besaiso, penasihat PBB, bilang hal paling mendesak sekarang bukan cuma bangun gedung tapi nyelametin orang dulu. āYang paling penting adalah kasih tempat tinggal, air bersih, makanan, layanan medis, dan pendidikan buat warga Gaza,ā katanya.
Real Talk: Gaza Butuh Dunia
Kerusakan di Gaza bukan cuma angka di laporan. Ini tentang jutaan orang yang kehilangan rumah, sekolah, bahkan keluarga. Rp881 triliun memang terdengar mustahil, tapi itu harga minimum buat ngembaliin hidup di sana.
Gaza gak cuma butuh uang, tapi juga komitmen dunia buat bantu mereka bangkit lagi tanpa halangan, tanpa blokade, tanpa perang baru.