Bangunan porak poranda setelah serangan udara Amerika Serikat yang menghantam kota pelabuhan Hodeidah di Yaman. (AP Photo)
JAKARTA | Amerika Serikat (AS) makin brutal ngegempur wilayah Houthi di Yaman. Serangan terbaru mereka nyasar ke pelabuhan bahan bakar Ras Isa, dan hasilnya? Ngeri. 74 orang dilaporkan tewas, sementara ratusan lainnya luka-luka. Ini disebut-sebut sebagai serangan paling berdarah yang pernah terjadi di sana.
Serangan brutal itu terjadi Kamis (17/4) malam waktu setempat. Menurut laporan Kementerian Kesehatan yang dikontrol kelompok Houthi, data sementara nunjukin ada 171 orang yang luka-luka. Tim penyelamat masih terus nyari korban yang mungkin tertimbun reruntuhan. Laporan ini diangkat dari Reuters, Sabtu (19/4/2025).
AS sendiri bilang tujuan mereka jelas: ngehancurin pasokan bahan bakar buat militan Houthi. Ras Isa itu pelabuhan tua yang udah berdiri 40 tahun lalu, punya kapasitas simpen minyak sampe 3 juta barel. Jadi ya, lumayan vital lah buat ekonomi kelompok Houthi.
Komando Pusat AS nggak komentar soal jumlah korban, tapi mereka sempat posting di X (dulu Twitter), kalau serangan ini buat “melemahkan sumber kekuatan ekonomi Houthi, yang katanya nyiksa rakyatnya sendiri.”
Serangan ini juga jadi bagian dari operasi militer terbesar AS di Timur Tengah sejak Donald Trump balik lagi jadi Presiden Januari 2025 lalu. Mereka bilang bakal terus ngebom sampai Houthi berhenti ngeganggu kapal-kapal di Laut Merah.
FYI, Houthi emang udah kuasai sebagian besar wilayah Yaman selama hampir 10 tahun terakhir. Sejak akhir 2023, mereka gencar nyerang kapal-kapal yang punya koneksi ke Israel, sebagai bentuk dukungan buat Palestina. Tapi waktu ada gencatan senjata dua bulan di Gaza, Houthi sempat stop. Sayangnya, setelah Israel mulai ngebom Gaza lagi bulan lalu, mereka ancam bakal lanjut serangan ke kapal-kapal.
Oh ya, ini bukan pertama kalinya AS nyerang gila-gilaan di Yaman. Bulan Maret lalu aja, serangan mereka selama dua hari ngebunuh lebih dari 50 orang, kata pejabat Houthi.
Jadi, konflik makin panas, korban makin banyak, dan entah kapan semua ini bakal selesai.