Photo ilustrasi yang menunjukkan tampilan pengenalan asisten AI, Manus, dalam sebuah layar telepon genggam di Beijing pada 11 Maret 2025. (Foto: AFP/Adek Berry)
JAKARTA | Nih gengs, ada kabar terbaru soal teknologi AI yang lagi rame diomongin. Namanya Manus , asisten digital canggih buatan startup China, Butterfly Effect. AI ini katanya bisa kerja mandiri tanpa bantuan manusia, tapi respons orang-orang beragam banget, ada yang excited abis sampe ngecewain.
Jadi ceritanya, selama setahun terakhir, Butterfly Effect ngembangin si Manus secara diam-diam. Salah satu pendirinya, Yichao “Peak” Ji, bahkan bilang kalau ini bakal jadi “paradigma baru” kolaborasi manusia sama mesin. Dia juga nyebut-nyebut soal AGI (Artificial General Intelligence), AI yang kemampuannya mirip otak manusia gitu. Wih, serem juga ya?
Peluncuran awalnya minggu lalu, tapi cuma sebagian kecil yang dapet akses undangan. Nah, dari situ muncul berbagai tanggapan di media sosial. Ada yang bilang, “Waduh, ini alat AI paling keren yang pernah aku coba!” kata Victor Mustar, Kepala Desain Produk Hugging Face. Dia bilang kalau kemampuan agen AI ini udah melampaui ekspektasi dan bikin kita mikir ulang soal batas kemungkinan AI.
Tapi, banyak juga yang ngekritik. Misalnya, ada yang ngeluh karena Manus susah banget ngelakuin tugas sederhana kayak pesen tiket pesawat. Bahkan ada yang sampe stuck di loop tak berujung waktu nyoba pake. Selain itu, karena sistemnya berbasis cloud, beberapa pengguna khawatir data mereka nggak aman. Wajar sih, soalnya masalah privasi tuh sensitif banget.
Oh iya, startup AI dari China kayaknya emang lagi naik daun nih. Sebelumnya ada DeepSeek, model AI yang menantang OpenAI dan Google dengan harga jauh lebih murah. Jadi, tren agen digital kayak gini tuh lagi happening banget. Mereka biasanya fokus di bidang tertentu, misalnya beli properti di New York atau edit podcast. Tapi pas dicoba, ternyata masih banyak kekurangannya.
Kyle Wiggers, jurnalis TechCrunch, sempet nyobain juga. Dia minta si Manus pesen sandwich sama cariin tiket pesawat ke Jepang. Hasilnya? Gagal total. Ya ampun, gimana mau dipercaya kalau tugas simpel aja nggak bisa.
Banyak juga yang khawatir soal regulasi. Kalau agen AI kayak gini dilepas begitu aja tanpa aturan ketat, bisa-bisa bikin chaos, misalnya kesalahan faktual yang ngeganggu pasar saham. Mel Morris, CEO Corpora.ai, bilang kalau Manus emang nggak revolusioner-revolusioner banget dibanding model AI lain. Tapi dia tetap waspada, soalnya kemampuan akses server komputer jarak jauh bisa jadi ancaman buat keamanan data.
Jadi gimana nih, gengs? Antusias atau malah ragu sama perkembangan AI kayak gini? Yang pasti, teknologi terus berkembang, tapi kita juga harus hati-hati sama dampaknya. Stay tuned, ya! 😎