Seorang nelayan sedang memperhatikan PLTU Suralaya di Cilegon, Provinsi Banten, 31 Oktober 2023. (Ronald SIAGIAN / AFP)
JAKARTA | Pemerintah punya rencana buat ngegas lagi proyek gasifikasi batu bara jadi Dimethyl Ether (DME) di tiga lokasi di Sumatera dan Kalimantan. Proyek ini kemungkinan bakal didanai sama Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara alias BPI Danantara. Nah, rencana ini jadi salah satu arahan Presiden Prabowo Subianto pas rapat bareng Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional.
Tapi, banyak yang nggak setuju! Pendiri Indonesian Climate Justice Literacy, Firdaus Cahyadi, bilang kalau proyek ini nggak masuk akal. Soalnya, batu bara itu energi kotor dari awal ditambang sampai akhirnya dipakai. Lebih parahnya lagi, gasifikasi batu bara malah menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) lebih besar dibanding LPG. Jadi, bukannya solusi, proyek ini justru bikin polusi makin parah.
Menurut Firdaus, data dari Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) nunjukin kalau emisi GRK dari DME bisa sampai lima kali lipat dibanding LPG, sekitar 824.000 ton CO2 ekuivalen per tahun. Dengan kata lain, proyek ini bakal nyumbang lebih banyak pencemaran udara.
FILE – Kapal-kapal berlayar di dekat tongkang yang penuh dengan batu bara di sungai Mahakam, Samarinda, Kalimantan Timur, 19 Desember 2022. (Dita Alangkara/AP)
Solusi Palsu?
Firdaus juga nambahin kalau di saat dunia mulai ninggalin batu bara dan beralih ke energi bersih, pemerintah malah ngegas proyek yang justru memperpanjang umur industri batu bara. Ini katanya bukan buat rakyat, tapi buat nyelametin bisnis batu bara yang mulai ditinggalkan dunia. Sebelumnya juga, pemerintah sempat ngasih konsesi tambang batu bara ke organisasi massa buat nyelametin industri ini.
Dr. Ismail Rumadhan, peneliti hukum pertambangan dari BRIN, juga wanti-wanti pemerintah buat hati-hati dalam ngeluarin kebijakan soal pendanaan proyek ini. Kalau nggak transparan, bisa-bisa publik makin curiga kalau ini cuma akal-akalan buat nguntungin pihak tertentu.
Papan nama perusahaan pengelola kekayaan negara Indonesia, Danantara, di depan kantor pusatnya di Jakarta, 28 Februari 2025. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan)
Emang sih, pemerintah bilang proyek ini bisa bantu energi alternatif kayak gasifikasi batu bara. Tapi kalau nggak dipikirin baik-baik, yang ada cuma eksploitasi batu bara makin besar, lingkungan makin rusak, dan dampak sosialnya juga nggak main-main. Ismail juga khawatir proyek ini bisa memicu penyalahgunaan wewenang buat kepentingan bisnis tertentu.
Beneran Buat Rakyat?
Kepala Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, Bahlil Lahadalia, bilang proyek ini buat ngolah batu bara berkalori rendah biar Indonesia nggak kebanyakan impor LPG. Pendanaannya bakal berasal dari anggaran negara plus perusahaan swasta nasional, beda dari proyek sebelumnya yang banyak bergantung sama investor asing.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, di Jakarta, Senin (3/2).(Facebook/BahlilLahadaliaOfficial)
Tapi, apakah proyek ini emang bakal bermanfaat buat rakyat atau cuma buat industri tertentu? Faktanya, Amerika Serikat yang dulu gencar pakai batu bara aja udah mulai ninggalin. Tahun 2023, batu bara cuma nyumbang 16 persen dari total listrik di AS, kalah jauh dibanding gas alam dan energi terbarukan yang lebih murah dan ramah lingkungan.
Jadi, masih yakin gasifikasi batu bara ini solusi buat energi Indonesia? Atau cuma jalan lain buat bikin industri batu bara tetap hidup?