Siswa menikmati makan siang pada hari pertama program makan gratis di SMP Negeri 12 Cimahi, Jawa Barat, 6 Januari 2025. (Foto: Timur Matahari/AFP)
JAKARTA | Mulai Maret 2025, pemerintah siap menggelontorkan dana jumbo buat Program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menyebut anggaran yang disiapkan bisa mencapai Rp2 triliun per bulan. Duit sebanyak itu bakal dipakai buat memperluas cakupan program hingga akhir tahun.
“Programnya udah jalan, yang udah ikut lebih dari empat minggu juga udah terbiasa. Sekarang kita minta semua SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) bikin media sosial kayak Instagram dan Facebook biar makanan yang dimasak bisa di-upload. Ini juga buat transparansi dan pengawasan bareng-bareng,” kata Zulhas.
Tapi, nggak semua pihak setuju. Ekonom dari CELIOS, Galau D. Muhammad, justru khawatir program ini bakal bocor dan nggak tepat sasaran.
“Dari kajian kami, ada potensi kebocoran dan inefisiensi. Pemerintah harusnya punya strategi buat mitigasi risikonya, bukan cuma sekadar ngumumin anggaran gede. Kalau anggarannya disalurkan ke tempat yang tepat sih nggak masalah, tapi kalau salah sasaran? Itu yang bahaya,” ujar Galau.
Menurutnya, pemerintah terlalu fokus sama jumlah penerima manfaat tanpa benar-benar ngecek kualitas makanan yang dikasih ke anak-anak. “Targetnya 82,9 juta anak sampai akhir tahun, tapi gimana kualitas gizinya? Itu yang perlu diperhatiin,” tambahnya.
Zulhas sendiri optimistis program ini bakal berjalan lancar. Dia bilang, kenaikan anggaran penting buat ngejar target. Contohnya, kebutuhan bahan pokok kayak telur bakal naik drastis sampai 4,5 juta butir per bulan, sementara beras bisa tembus empat juta ton.
Buat mengatur semuanya, kata Zulhas, bakal ada aturan baru dalam bentuk Instruksi Presiden (Inpres) atau Peraturan Presiden (Perpres). “Badan Gizi Nasional nggak bisa kerja sendiri. Harus ada aturan jelas supaya semuanya bisa jalan bareng-bareng,” katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengungkapkan kalau program MBG ini diproyeksikan nyentuh 3 juta anak dengan anggaran Rp1 triliun per bulan. Tapi angka ini bakal melonjak drastis sampai Rp25 triliun per bulan mulai September mendatang.
“Nanti September sampai Desember, anggarannya bisa tembus Rp25 triliun per bulan. Ini buat ngejar target 82,9 juta penerima manfaat,” jelas Dadan.
Meski begitu, pelaksanaan program ini nggak lepas dari berbagai kendala. Beberapa waktu lalu, sempat muncul laporan soal makanan yang basi, bahkan ada siswa yang keracunan. Dadan bilang ini terjadi karena SPPG belum terbiasa masak dalam jumlah besar.
“Kita sarankan yang baru mulai jangan langsung banyak. Mulai dari 100-150 porsi dulu, nanti naik bertahap sampai bisa ngelayanin 3.000 porsi. Masalah yang muncul kemarin itu kebanyakan dari SPPG yang baru, belum pengalaman. Tapi sekarang udah kita evaluasi,” ungkapnya.
Meskipun ada banyak kritik, pemerintah tetap yakin MBG bakal sukses. Tapi, ekonom seperti Galau masih meragukan kesiapan pemerintah. Menurutnya, ini kayak proyek coba-coba tanpa skema mitigasi yang jelas.
“Kalau dari awal pemerintah udah siap, harusnya ada uji kelayakan dulu, jangan baru jalan terus ada alasan ini itu. Vendor juga harus dipilih yang benar-benar bisa handle pesanan dalam jumlah besar. Kalau nggak, ya akhirnya kayak gini, banyak masalah di tengah jalan,” pungkas Galau.
Gimana menurut kamu? Program ini bakal sukses atau malah jadi proyek buang-buang duit?