photo: Segmen Megathrust di Indonesia. (Dok. BRIN)
JAKARTA | Indonesia ternyata punya 13 titik megathrust yang bisa memicu gempa besar! Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa meski jumlahnya banyak, potensi megathrust bukan hal baru di Indonesia. Negeri ini memang sering diguncang gempa.
Sejak gempa besar berkekuatan M7,1 yang mengguncang Megathrust Nankai di Jepang Selatan pada 8 Agustus 2024 lalu, tercatat sudah ada 7 kali gempa terjadi di Indonesia. Tapi tenang, menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, gempa-gempa ini nggak ada kaitannya dengan gempa megathrust di Jepang.
“Nggak ada hubungannya sama sekali. Gempa di Indonesia memang sering terjadi,” ujar Daryono, dikutip Sabtu (25/1/2025).
Daftar 13 Titik Megathrust di Indonesia
Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, berikut ini adalah daftar 13 segmen megathrust yang perlu diwaspadai:
Megathrust Mentawai-Pagai – Potensi gempa hingga M8,9
Megathrust Enggano – Potensi gempa hingga M8,4
Megathrust Selat Sunda – Potensi gempa hingga M8,7
Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah – Potensi gempa hingga M8,7
Megathrust Jawa Timur – Potensi gempa hingga M8,7
Megathrust Sumba – Potensi gempa hingga M8,5
Megathrust Aceh-Andaman – Potensi gempa hingga M9,2
Megathrust Nias-Simelue – Potensi gempa hingga M8,7
Megathrust Batu – Potensi gempa hingga M7,8
Megathrust Mentawai-Siberut – Potensi gempa hingga M8,9
Megathrust Sulawesi Utara – Potensi gempa hingga M8,5
Megathrust Filipina – Potensi gempa hingga M8,2
Megathrust Papua – Potensi gempa hingga M8,7
Gempa Semakin Sering, BMKG Perbanyak Sensor!
Dalam webinar “Resolusi 2025: Mitigasi Bencana Geologi” yang disiarkan di kanal YouTube Teknik Geofisika ITS, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa jumlah gempa di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Namun, BMKG juga nggak tinggal diam. Mereka terus menambah alat pemantauan gempa. Jika pada 2004, saat terjadi gempa dan tsunami Aceh, hanya ada sekitar 20 seismograf yang belum terhubung dalam jaringan, kini jumlahnya sudah mencapai 550 seismograf!
“Dulu, rata-rata gempa yang terekam antara 1990-2008 hanya sekitar 2.254 kali per tahun. Tapi sejak 2009-2017, jumlahnya melonjak jadi 5.389 kali per tahun. Dan mulai 2018-2019, bahkan 2020, jumlahnya makin menggila. Tahun 2018 tercatat 12.062 gempa, dan 2019 masih 11.731 kejadian!” jelas Dwikorita.
Dengan tren peningkatan aktivitas tektonik ini, BMKG terus berupaya memperkuat sistem peringatan dini untuk mengantisipasi dampak gempa dan tsunami. Selain gempa, bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor juga makin sering terjadi akibat perubahan iklim. Jadi, tetap waspada dan selalu siapkan mitigasi bencana, ya!