Connect with us

Males Nikah? Ini Alasan di Balik Fenomena Jomblo Matang di Indonesia!

Socio-Cultural

Males Nikah? Ini Alasan di Balik Fenomena Jomblo Matang di Indonesia!

Aplikasi Cari Pasangan (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

JAKARTA | Gengs, pernah denger cerita soal orang-orang yang udah mapan tapi masih betah melajang? Kayak Aldo nih. Dia tuh punya segalanya: gelar master dari universitas keren di Inggris, studio arsitek sendiri, apartemen nyaman di Jakarta, dan teman-teman yang banyak banget. Tapi, meski udah 35 tahun, Aldo masih aja sendiri. Parahnya lagi, keluarga besarnya selalu nanya, “Kapan nikah?” Tiap Lebaran, pertanyaan ini bikin dia auto-anxious.

Aldo emang pernah coba-coba pakai aplikasi kencan online, tapi apa daya, dia malah jadi korban ghosting alias dibuang begitu aja sama gebetannya tanpa penjelasan. Sejak patah hati di 2023 itu, dia udah ogah-ogahan buat mulai hubungan baru. “Ya, aku nikmati aja hidupku sekarang,” katanya santai.

Nggak cuma Aldo, banyak anak muda di Indonesia kayak gini juga. Mereka lebih milih fokus ke karir atau hal lain daripada buru-buru nikah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 juga nunjukin kalau angka pernikahan di Indonesia terus turun selama sepuluh tahun terakhir. Di 2023, cuma ada 1,58 juta pernikahan, turun 7,51% dibanding 2022. Waduh!

Modern Dating = Ribet Banget!

Ilustrasi aplikasi kencan. (Dok. Freepik)

Di era digital, aplikasi kencan emang bikin kita lebih gampang kenalan sama orang baru. Tapi faktanya, cari cinta di dunia maya tuh nggak semudah swipe kiri kanan doang. Nia, 35 tahun, udah lima tahun jadi pengguna aktif aplikasi kencan online, tapi tetep aja nggak nemu pasangan yang cocok. Alasannya macam-macam: ada yang value-nya beda, ada yang nggak berani komitmen, bahkan ada yang ternyata udah nikah!

Putus asa, Nia akhirnya daftar ke biro jodoh profesional di Singapura. Bayarnya nggak tanggung-tanggung, lebih dari Rp20 juta! Sayangnya, hasilnya tetap nihil. “Background sih udah dicek, tapi ya nggak ada jaminan bakal cocok,” curhatnya.

Yaya, 33 tahun, juga punya pengalaman buruk sama aplikasi kencan. Banyak pengguna yang ngaku “cari hubungan serius,” tapi ujung-ujungnya cuma mau main-main. Yaya sampe trauma gara-gara rencana nikahnya sama seseorang dari aplikasi kencan malah berubah jadi sesi terapi rutin sama psikolog tiap minggu. Duh, drama banget ya?

Stefani, 38 tahun, juga udah males pakai aplikasi kencan. “Mending ketemu langsung dari circle sendiri, daripada harus background check orang asing,” katanya. Feri, 29 tahun, bahkan ngerasa kalau algoritma aplikasi kencan emang nggak dirancang buat bantu kita nemuin pasangan, tapi lebih buat bikin user tetap stay engaged.

Bukan Cuma Soal Duit

Ilustrasi kencan (Priscilla Du Preez via Unsplash)

Ada anggapan kalau orang males nikah karena masalah ekonomi. Tapi, ternyata nggak cuma itu lho. Riset dari Bumble bilang kalau ketidakpastian masa depan—kayak finansial, kerjaan, rumah, bahkan perubahan iklim—jadi salah satu faktor yang bikin generasi muda ragu buat mulai hubungan serius. Sekitar 95% responden bilang kalau mereka mikir dua kali buat serius sama pasangan gara-gara kekhawatiran ini.

Tapi, buat banyak jomblo matang yang CNBC Indonesia temuin, masalah ekonomi bukan alasan utama. Mereka udah cukup mapan secara finansial, tapi tetep aja memilih buat nggak buru-buru nikah. Apalagi para perempuan, kayak Desi, 31 tahun, yang bilang, “Kalau menua sendirian juga nggak apa-apa. Aku mau bahagiain diri sendiri dulu.”

Psikolog Rebeka Pinaima bilang kalau dating di era modern tuh emang lebih ribet. Susah banget bangun genuine connection alias hubungan yang bermakna lewat layar HP. Apalagi, banyak orang bisa jadi sosok yang beda banget di internet. Akhirnya, kita cuma bisa lihat permukaan doang, nggak bisa bener-bener kenal orang itu.

Dating Fatigue: Capek Cari Pasangan

 Ilustrasi Aplikasi Kencan. (Dok. Freepik)

Fenomena lain yang lagi marak adalah dating fatigue . Ini kondisi di mana orang merasa capek, frustrasi, bahkan putus asa dalam perjalanan nyari jodoh. Salah satu penyebabnya adalah paradox of choice —alias terlalu banyak pilihan. Rebeka bilang, semakin banyak opsi calon pasangan, kita malah jadi kurang puas dan takut buat ngambil keputusan.

Akibatnya, banyak orang yang ngobrol sama tiga sampai lima orang sekaligus, tapi nggak ada yang serius. “Akhirnya kita nggak fokus, cuma main-main aja,” kata Rebeka.

Jomblo Bahagia Itu Nyata!

Menjadi jomblo di usia matang nggak selalu buruk kok. Tanti, 36 tahun, bilang kalau status lajang justru bikin dia lebih fokus ke karir tanpa harus mikirin urusan rumah tangga. “Ini nilai plus buat aku,” katanya.

Rebeka menyarankan para jomblo buat fokus ke pengembangan diri dulu. “Gabung komunitas atau cari hobi baru bisa bikin kita lebih percaya diri dan menarik orang yang tepat di waktu yang tepat,” katanya. Yang penting, jangan bandingin hidup kita sama orang lain. “Menikah itu bukan kompetisi. Jadi single juga bisa jadi rezeki kita saat ini,” tambahnya.

Jadi, buat kamu yang masih jomblo, santai aja dulu. Fokus ke diri sendiri, bahagiain dirimu dulu, dan biarkan jodoh datang di waktu yang tepat. 😊

sumber cnbcindonesia

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Socio-Cultural

BLACKPINK New Album & World Tour 2025 #blackpink #blinks #worldtourdeadline
RESAH HATI EPS 4 #resahhati #contentreligi #syiar #tebarkebaikan
RASULULLAH & PARA SAHABAT Eps 3

Facebook

Culture

To Top