Connect with us

Panasnya Nggak Karuan! Ini Kata BMKG Soal Suhu yang Bikin Gerah

National News

Panasnya Nggak Karuan! Ini Kata BMKG Soal Suhu yang Bikin Gerah

Ilustrasi. BMKG menekankan bahwa fenomena ini bukan akibat Gelombang Panas (Heatwave) seperti yang terjadi di negara-negara subtropis. (Ilustrasi: AI)

BMKG bilang cuaca panas bikin gerah ini masih akan hantam Indonesia selama beberapa minggu ke depan. Simak penyebab, daerah terpanas, dan tips survive-nya biar nggak lemes!

JAKARTA | Gue lo pada merasakan nggak sih, belakangan ini cuaca lagi panas banget? Kayak lagi di atas wajan, sumpah. Keluar rumah sebentar aja, badan langsung lemes dan berkeringat.

Ternyata, keluhan kita ini valid banget, guys. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ngasih tau kalo suhu di beberapa kota besar Indonesia benar-benar lagi tinggi-tingginya. Catatan mereka menunjukkan suhu bisa nyampe 35-36 derajat Celsius! Bahkan, di daerah tertentu bisa tembus 37 derajat!

Daerah mana aja yang paling toastySurabaya dan Sidoarjo memegang rekor sebagai yang terpanas dengan suhu 36°C. Jakarta, Bali, dan Nusa Tenggara nggak kalah, nyaris 35°C. Semarang, Grobogan, sama Sragen juga ikut panas di angka 34-35°C.

Ini Dia Penyebabnya, Bukan Gelombang Panas Kayak di Luar Negeri!

Ilustrasi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut suhu udara di beberapa kota besar tercatat mencapai 35-36 derajat Celcius. (Ilustrasi: AI)

Pertama-tama, BMKG pengen meluruskan satu hal: ini bukan heatwave atau gelombang panas kayak yang terjadi di negara subtropis. Jadi, suhu di Indonesia masih dianggap “wajar”, meskipun rasanya jauh banget dari kata nyaman.

Lalu, kenapa bisa panas banget gini? BMKG jelasin ada beberapa villain utama:

  1. Posisi Matahari Lagi “Optimum”. Matahari lagi tepat berada di belahan langit selatan, jadi sinarnya nyorot lebih intens ke wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan. Dampaknya? Panas yang lebih powerful.
  2. Angin Kering dari Australia. Ada angin timuran yang dateng dari Benua Australia yang bawa udara kering. Udara kering ini bikin awan susah banget terbentuk. Nggak ada awan berarti nggak ada payung alami, jadinya sinar matahari langsung nembus ke tanah.
  3. Minimnya Awan Hujan. Meski udah ada yang masuk musim hujan, tapi pembentukan awan hujannya masih sedikit. Jadi, langit lagi cerah-cerahnya, which is bad news buat kita yang kegerahan.

Terus Sampai Kapan Kita Harus Nahan Panas Ini?

Ini pertanyaan yang lagi di pikirin semua orang: “Kapan berakhirnya?”

Sayangnya, kabar baiknya belum datang soon. Menurut BMKG, kondisi panas gila-gilaan ini kemungkinan besar masih akan berlangsung sampai akhir Oktober atau awal November.

Kapan persisnya balik normal? Itu tergantung kapan si hujan mau dateng dengan serius di tiap daerah. Jadi, kita harus siap-siap sabar dulu, guys.

Gimana Cara Survive di Cuaca Ekstrem Kayak Gini?

Nggak bisa modal ngeluh doang, kita harus action biar tetap sehat. BMKG kasih beberapa tips yang bisa lo terapin:

  • Stay Hydrated! Ini wajib hukumnya. Minum air putih yang banyak, jangan nunggu haus. Tubuh lo butuh cairan ekstra buat lawan panas.
  • Hindari Paparan Matahari Langsung. Kalo bisa, jangan keluar rumah di jam 10 pagi sampai 4 sore. Kalo terpaksa, pakai topi, payung, atau jaket pelindung. Sunblock is your best friend!
  • Waspadai Perubahan Cuaca Mendadak. Kadang panas terik bisa berubah jadi hujan petir dan angin kencang secara tiba-tiba. Jadi, tetap waspada ya.
  • Cek Info BMKG Terus. Pantau terus perkembangan cuaca dan peringatan dini dari akun resmi BMKG biar lo selalu update.

Gimana, sudah siap hadapi beberapa minggu ke depan? Share info ini ke temen-temen lo yang lagi mengeluh gerah biar mereka juga tau penyebab dan cara ngatasinnya!

source cnbcindonesia

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in National News

BLACKPINK New Album & World Tour 2025 #blackpink #blinks #worldtourdeadline
RESAH HATI EPS 4 #resahhati #contentreligi #syiar #tebarkebaikan
RASULULLAH & PARA SAHABAT Eps 3

Facebook

Culture

To Top