Connect with us

Diduga ada Campur Tangan di Pemilu oleh Pemerintahan Jokowi, Mahasiswa Protes

News

Diduga ada Campur Tangan di Pemilu oleh Pemerintahan Jokowi, Mahasiswa Protes

By VOA

Seorang pengunjuk rasa mengacungkan poster bergambar Presiden Joko Widodo yang dirusak saat aksi protes, menuntut pemilihan presiden yang adil di Yogyakarta, Senin, 12 Februari 2024. (AP/Slamet Riyadi)

Ratusan mahasiswa dan aktivis Indonesia menggelar demo, Senin (12/2) atas apa yang mereka pandang sebagai penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan Presiden Joko Widodo untuk memengaruhi pemilih dalam pemungutan suara minggu ini, agar lebih memilih Prabowo Subianto, kata para penyelenggara.

Jokowi, petahana, belum secara eksplisit mendukung salah satu dari tiga kandidat yang bersaing untuk menggantikannya sebagai pemimpin negara demokrasi terbesar ketiga di dunia ini. Namun, dia telah sering tampil bersama Prabowo, dan putra sulungnya, yang juga mencalonkan diri sebagai wakil presiden.

Dua survei opini pekan lalu memproyeksikan Prabowo bisa memperoleh lebih dari 50 persen suara pada Rabu (14/2), sehingga memungkinkan dia menang dalam satu putaran. Saingan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo masing-masing mencatat setidaknya 27 dan 31 poin di belakangnya.

Sebagian pemilih mempermasalahkan anggapan kurangnya netralitas yang ditunjukkan oleh Jokowi, dengan mengatakan bahwa hal tersebut merusak demokrasi Indonesia dengan memberikan keuntungan yang tidak adil kepada salah satu kandidat.

Spanduk Aksi 'Gejayan Kembali Memanggil" di Yogyakarta. (Twitter/rgantas)
Spanduk Aksi ‘Gejayan Kembali Memanggil” di Yogyakarta. (Twitter/rgantas)

Para mahasiswa berkumpul di Yogyakarta, memukul-mukulkan bambu dan memegang poster bertulisan “seret Jokowi dan kroni-kroninya ke pengadilan.”

“Jokowi pernah disebut harapan baru, kita sebut bencana baru,” kata salah seorang pengunjuk rasa.

Penyelenggara demo, Aksi Gejayan Memanggil, mengatakan di Instagram, “pelanggaran etika dan moral yang dilakukan oleh Jokowi menunjukkan bahwa ia menentang suara publik yang kritis.”

Protes lain direncanakan di ibu kota Jakarta oleh beberapa kelompok hak asasi manusia.

Kantor kepresidenan membantah adanya campur tangan politik yang dilakukan oleh Jokowi. Protes itu direncanakan setelah sebuah film dokumenter yang diproduksi oleh jurnalis investigasi Indonesia,

Dandhy Laksono, menuduh pejabat negara termasuk polisi dan kepala daerah, dan sumber daya pemerintah, telah digunakan untuk mendukung Prabowo.

Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan sambil mengibarkan bendera kuning yang biasanya digunakan untuk melambangkan duka selama aksi unjuk rasa menuntut pemilihan presiden yang adil di Jakarta, 12 Februari 2024. (AP/Dita Alangkara)
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan sambil mengibarkan bendera kuning yang biasanya digunakan untuk melambangkan duka selama aksi unjuk rasa menuntut pemilihan presiden yang adil di Jakarta, 12 Februari 2024. (AP/Dita Alangkara)

Film, “Dirty Vote,” yang dirilis pada akhir pekan lalu, telah ditonton hampir 5 juta kali di YouTube pada Senin malam. Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen tuduhan yang dibuat dalam film dokumenter tersebut.

Tim kampanye Prabowo telah menepis tuduhan tersebut dan menggambarkan “sebagian besar konten dalam film tersebut bersifat mencemarkan nama baik.”

Pemerintah mengatakan bantuan sosial tidak digunakan untuk menguntungkan kandidat mana pun.

Aksi demo mahasiswa juga terjadi saat Indonesia memasuki masa tenang hingga hari pemungutan suara pada Rabu. Pihak berwenang terlihat mencopoti baliho dan poster pemilu, dan para kandidat dilarang berkampanye selama periode ini.

Kepolisian Indonesia akan mengerahkan sekitar 25 ribu personel anti huru hara untuk menjamin keamanan selama pemilu.

sumber berita voaindonesia

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in News

POPERS INTERVIEW: "BUKA BUKAN POLITIK" Didi Riyadi
DDSC EPS 1: TOXIC POSITIVITY
ALL YOU CAN HEAR: ITA PURNAMASARI CERITA TENTANG MAS DWIKI WAKTU NEMBAK BAWA BUNGA!

Facebook

Culture

To Top