Pemberontak Sudan, Pasukan Dukungan Cepat (RSF), membunuh setidaknya 1.500 warga sipil dalam 3 hari terakhir (Foto: AP)
Perang Sudan makin brutal. Pasukan Dukungan Cepat (RSF) disebut bunuh ribuan warga sipil di El Fasher, Darfur. Dunia bereaksi keras: dari WHO sampai Arab Saudi buka suara.
JAKARTA | El Fasher Jadi Neraka: Ribuan Warga Sipil Jadi Korban dalam 3 Hari
Kekerasan di Sudan makin nggak masuk akal. Dalam tiga hari terakhir, Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dilaporkan membunuh setidaknya 1.500 warga sipil di Kota El Fasher, Provinsi Darfur. Serangan brutal ini dilakukan dalam upaya mereka merebut kota strategis tersebut dari tangan pasukan pemerintah.
Data ini datang dari Jaringan Dokter Sudan, organisasi kemanusiaan yang sejak awal perang 2023 terus menangani korban konflik di sana. Tapi versi pemerintah Sudan justru lebih mengerikan mereka menyebut lebih dari 2.000 orang tewas sejak pertempuran besar meledak pada Minggu, 26 Oktober 2025.
Eksekusi Massal dan Serangan Rumah ke Rumah
Nggak cuma soal angka korban, laporan dari lembaga bantuan juga mengungkap cerita mengerikan di balik perang ini. Banyak laporan kredibel tentang eksekusi warga sipil di sepanjang rute pelarian, bahkan ada penggerebekan dari rumah ke rumah.
“Warga yang berusaha kabur dieksekusi di jalanan, tanpa ampun,” ujar salah satu relawan kemanusiaan lokal.
Jurnalis Hiba Morgan dari Al Jazeera juga melaporkan video yang beredar di media sosial memperlihatkan RSF menembaki warga sipil yang sedang melarikan diri.
“Video paling mengerikan adalah saat para pemberontak masuk ke Rumah Sakit Saudi di El Fasher dan mengeksekusi pasien di tempat,” kata Hiba.
Rumah Sakit Jadi Medan Pembantaian
Rumah sakit yang seharusnya jadi tempat paling aman justru berubah jadi neraka. Sekitar 500 orang berlindung di Rumah Sakit Saudi saat serangan terjadi termasuk tenaga medis. Tapi laporan menyebut, ratusan dari mereka tewas, termasuk dokter dan perawat yang sedang bertugas.
Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, sampai angkat bicara. Ia mengaku terkejut dan terpukul mendengar kabar lebih dari 460 orang tewas di Rumah Sakit Bersalin Saudi. “Ini benar-benar tragedi kemanusiaan,” katanya.
Laporan Pemerkosaan dan Kekerasan Brutal
Lembaga kemanusiaan juga menerima laporan pemerkosaan terhadap perempuan dan anak-anak di kawasan El Fasher. Cerita-cerita itu menggambarkan kondisi kota yang benar-benar kacau dan kehilangan kemanusiaannya.
Kalau El Fasher benar-benar jatuh ke tangan RSF, itu berarti mereka nyaris menguasai seluruh wilayah Darfur, dan bisa jadi awal perpecahan baru di Sudan.
Pemerintah Sudan dan Dunia Angkat Suara
Pemerintah Sudan menuduh RSF bukan cuma menyerang warga di jalanan, tapi juga di dalam masjid dan fasilitas Bulan Sabit Merah. “Lebih dari 2.000 warga sipil tewas selama invasi ke El Fasher, termasuk relawan kemanusiaan,” ungkap Mona Nour Al-Daem, petugas bantuan pemerintah Sudan.
Sementara itu, Jaringan Dokter Sudan menyebut RSF melakukan pembunuhan berdarah dingin di Rumah Sakit Saudi, mengeksekusi semua orang yang mereka temui pasien, pendamping, bahkan orang-orang di bangsal rumah sakit.
Dunia Internasional Mengecam Keras
Kejadian di El Fasher bikin banyak negara bereaksi keras.
Arab Saudi, Mesir, Qatar, Turki, dan Yordania sama-sama mengutuk tindakan RSF.
Arab Saudi menyebut ini pelanggaran HAM berat dan mendesak agar warga sipil dilindungi.
Mesir menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera, siap bantu Sudan keluar dari krisis.
Turki menuntut akhir permusuhan dan dibukanya jalur aman untuk bantuan kemanusiaan, sambil menegaskan pentingnya dialog damai.
Qatar juga mengecam keras dan mendorong negosiasi diplomatik untuk hentikan konflik.
Siapa Sebenarnya RSF?
RSF bukan pemain baru. Mereka adalah pasukan paramiliter yang dulunya dikenal sebagai Janjaweed, kelompok yang sudah terkenal kejam sejak konflik Darfur di tahun 2000-an. Bahkan Amerika Serikat secara resmi menyatakan RSF dan sekutunya telah melakukan genosida terkait perang Sudan sejak 2023.
Kesimpulan: Dunia Harus Bertindak
Konflik di Sudan bukan lagi sekadar perang politik ini sudah jadi krisis kemanusiaan besar. Dengan ribuan warga sipil tewas dan laporan kekejaman yang terus bertambah, dunia nggak bisa cuma diam. El Fasher kini jadi simbol betapa rapuhnya harapan perdamaian di Darfur.