Demo “No Kings” Serbu AS, Rakyat Teriak “Trump Bukan Raja!”

Lagi-lagi AS memanas! Gerakan “No Kings” gelar demo besar-besaran anti-Trump hari ini. Mereka sebut Trump bertingkah seperti raja dan rakyat udah gerah. Ini dalangnya & alasannya!

JAKARTA | AS lagi panas lagi, gaes! Hari ini, Sabtu (18/10), jalanan di Amerika Serikat dipenuhi ribuan orang yang demo besar-besaran. Mereka bawa spanduk dan teriak slogan “No Kings” atau “Tidak Ada Raja” sebagai bentuk protes ke Presiden Donald Trump.

Nggak cuma di satu tempat, unjuk rasa ini serentak digelar di seluruh penjuru AS, bahkan sampai deket rumah mewah Trump di Mar-a-Lago, Florida. Situasinya bener-bener tegang!

“America Has No King!” Suara Rakyat yang Gerah

Gerakan “No Kings” ini nggak main-main. Di website resminya, noking.org, mereka klaim jutaan orang bakal turun ke jalan. Inti pesannya keras banget: “No throne. No crown. No king.” (Nggak ada takhta. Nggak ada mahkota. Nggak ada raja).

Mereka pengen tunjukkin ke dunia bahwa kekuasaan di Amerika ada di tangan rakyat, bukan di satu orang yang bertingkah seperti raja. “Pada 18 Oktober, jutaan orang dari kita bangkit untuk menunjukkan kepada dunia: Amerika tak punya raja,” tulis pernyataan mereka.

Trump Dianggap Sok Raja, Rakyat Jadi Korban

Terus, kenapa sih gerakan ini bisa muncul? Intinya, mereka gerah sama gaya kepemimpinan Trump yang dianggap semena-mena dan melanggar hukum sejak dia jadi presiden.

Banyak banget hal yang bikin rakyat AS jengkel, mulai dari:

• Shutdown pemerintah yang bikin negara kacau.
• Penangkapan imigran yang dianggap ilegal dan kejam.
• Biaya hidup yang makin melejit, bikin rakyat susah cari makan.
• Penembakan kapal sipil dan pengerahan tentara ke kota-kota.

Intinya, kondisi AS lagi “mendidih” banget, dan Trump dianggap jadi sumber masalahnya.

Apa Itu Gerakan “No Kings”? Lebih Dari Sekadar Demo

Jangan salah, gerakan “No Kings” ini bukan demo dadakan. Mereka udah deklarasi sejak 14 Juni lalu, yang kebetulan bertepatan dengan ulang tahun Trump yang ke-79. Bayangin aja, ulang tahun presiden dirayain dengan demo massal!

Buat mereka, hari itu adalah simbol perlawanan rakyat terhadap kekuasaan otoriter. “Kami melakukan apa yang banyak orang anggap mustahil: memobilisasi jutaan orang secara damai,” tulis mereka.

Tapi, setelah deklarasi itu, mereka klaim Trump malah makin menjadi. Aksi seperti kirim agen bertopeng untuk bubarin imigran, ancaman manipulasi pemilu, sampai ngerusak layanan kesehatan dan pendidikan, makin bikin rakyat kebakaran jenggot.

“Presiden mengira kekuasaannya absolut. Tapi, di Amerika, kita tak punya raja!” tegas gerakan No Kings.

Filosofi “No Kings”: Nostalgia Masa Lalu AS Melawan Raja

Nama “No Kings” ini ternyata punya filosofi sejarah yang dalem, lho. Sebelum merdeka, AS adalah jajahan Inggris yang dipimpin Raja George III. Waktu itu, rakyat koloni Amerika ngerasa diperas pajaknya tapi nggak diwakilin di parlemen Inggris.

Akhirnya, para pahlawan kemerdekaan AS (Patriot) berperang melawan Inggris hingga akhirnya merdeka. Para pendiri AS sengaja nggak mau negara barunya dipimpin oleh seorang raja. Kekuasaan tertinggi harus ada di tangan rakyat.

Nah, gerakan “No Kings” sekarang ngambil semangat yang sama. Mereka anggap Trump seperti “Raja George III” zaman now yang harus dilawan.

Buat mereka, “No Kings” lebih dari sekadar slogan. Itu adalah suara jutaan rakyat Amerika yang pengen negaranya kembali ke tangan mereka.

“Karena negara ini bukan milik raja, diktator, atau tiran. Negara ini milik Kita, Rakyat,” pungkas pernyataan mereka. “No throne. No crown. No king.”

_{^{source cnnindonesia}}