Menkomdigi mengimbau masyarakat untuk beralih ke e-SIM. (Foto: Kemkomdigi)
Buat lo semua yang masih pakai kartu SIM fisik, mendingan mulai mikirin buat pindah ke e-SIM deh. Kenapa? Bukan cuma biar gaya doang. Tapi karena ini soal keamanan data pribadi lo juga.
JAKARTA | Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, bilang langsung nih. Dia wanti-wanti masyarakat buat beralih dari SIM fisik ke e-SIM karena ini udah bagian dari perkembangan zaman. Bukan cuma sekadar ikut tren teknologi global, tapi e-SIM ini dianggap lebih aman, lebih efisien, dan lebih future-proof.
“e-SIM itu solusi masa depan,” kata Meutya Hafid di acara Sosialisasi Peraturan Menteri tentang e-SIM dan Pemutakhiran Data, yang belum lama ini digelar di Stadion GBK Jakarta.
Jadi, bukan cuma buat gaya, ya. Meutya jelasin juga kalau teknologi e-SIM ini udah terintegrasi sama sistem digital dan pendaftaran biometrik. Artinya? Data lo jadi lebih aman dari hal-hal serem kaya phishing, spam, penipuan, sampai judi online. Jadi lo nggak gampang jadi korban kejahatan digital.
Selain itu, teknologi e-SIM ini juga ngedorong perkembangan ekosistem IoT (Internet of Things) yang sekarang makin rame dipake buat device pintar. Plus, katanya sih ini juga bikin industri telekomunikasi jadi lebih efisien secara operasional.
Nggak perlu copot pasang kartu fisik lagi. Semua udah nempel di device. Simple, kan?
Oh ya, Meutya juga ngingetin soal pembatasan jumlah nomor HP yang bisa didaftarin pakai satu NIK. Aturannya sekarang udah jelas. Maksimal 3 nomor per operator, total 9 nomor kalau lo pakai 3 operator berbeda. Itu semua udah diatur lewat Peraturan Menteri Kominfo Nomor 5 Tahun 2021.
Soalnya gini, ada aja kasus satu NIK dipake buat ratusan nomor. Bayangin tuh, satu KTP tapi dipake orang iseng buat daftar 100 nomor. Bahaya banget buat penyalahgunaan data. Ujung-ujungnya, yang repot malah pemilik NIK asli.
Nah, makanya Menkomdigi lagi nyiapin aturan baru, lewat Permenkomdigi biar pengawasan soal pembatasan NIK ini lebih ketat lagi. Termasuk proses verifikasi identitas, biar lebih ketat dan aman buat semua.
Meutya juga kasih apresiasi nih buat operator telekomunikasi kaya Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Smartfren yang udah mulai kasih layanan migrasi ke e-SIM, baik offline di gerai maupun online. Pemerintah juga mendorong operator buat giat edukasi masyarakat soal pentingnya migrasi e-SIM ini, lewat kampanye Gerakan Nasional Kebersihan Data Digital.
“Sekarang ini belum wajib, tapi kami sangat anjurkan buat yang HP-nya udah support e-SIM segera pindah. Demi keamanan data pribadi lo juga, bukan buat kami.” kata Meutya.
Masalahnya, Indonesia ini jumlah penduduknya 280 juta jiwa, tapi nomor seluler aktifnya 350 juta. Gila nggak tuh? Banyak nomor-nomor nggak jelas yang rawan dipake buat hal-hal nggak bener. Itu kenapa Meutya tegas pengen beresin data-data bermasalah ini biar ruang digital Indonesia lebih aman, sehat, dan bersih.
“Gerakan ini bukan buat gaya-gayaan. Ini soal keamanan bareng-bareng. Migrasi e-SIM dan pemutakhiran data pelanggan ini fondasi penting buat masa depan digital Indonesia yang lebih sehat dan lebih terpercaya.” pungkasnya.