BEKASI | Suasana Pondok Pesantren Mahasina Darul Quran wal Hadist, Bekasi, Sabtu (18/5), berubah jadi panggung dialog kebangsaan yang hangat dan penuh semangat. Acara Sosialisasi 4 Pilar MPR RI hadir dengan balutan gaya santai, tapi tetap sarat makna. Para tokoh nasional hadir untuk mengajak para santri memahami dan menghidupi nilai-nilai dasar bangsa Indonesia.
Empat pilar yang menjadi dasar kehidupan berbangsa—Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika—disampaikan dengan cara yang relevan, mudah dicerna, dan menyentuh hati.
Senator DPD RI Jawa Barat, Komeng (Alfiansyah Komeng), hadir dalam kegiatan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan tersebut. Selain dateng ke acara 4 Pilar, om komeng juga menyampaikan materi formal, tapi juga membangun kedekatan emosional dengan audiens yang mayoritas santri dan santriwati muda.
Alfiansyah Komeng, Senator DPD RI hadir dalam sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Pesantren Mahasina Darul Qur’an Wal Hadist (photo: Ist)
“Kalau kita cinta Indonesia, kita harus ngerti apa itu Pancasila. Bukan cuma hafal, tapi hidupin dalam tindakan,” ujar Komeng dengan gaya khasnya yang jenaka namun penuh makna. Ia juga menekankan pentingnya menjaga semangat persatuan di tengah perbedaan.
Acara ini semakin istimewa dengan kehadiran tokoh intelektual dan ulama terkemuka, yakni Maman Suherman (Kang Maman), Drs. KH. Abu Bakar Rahziz, M.A., dan Ibu Nyai Hj. Dra. Badriyah Fayumi, Lc., MA. KH. Abu Bakar Rahziz dan Ibu Nyai Badriyah Fayumi yang juga pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Mahasina menyampaikan nilai-nilai 4 pilar dalam perspektif keislaman dan keindonesiaan yang harmoni.
Drs. KH. Abu Bakar Rahziz, M.A. ,Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an Wal Hadist (photo: Ist)
Hj. Dra Badriyah Fayumi, Lc, MA, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an Wal Hadist (photo: Ist)
Maman Suherman (photo:Ist)
Kang Maman, yang dikenal sebagai penulis dan penggiat literasi, mengajak para santri untuk menjadi generasi yang tidak hanya aktif secara spiritual, tetapi juga sosial dan kebangsaan. “Santri itu nggak boleh gaptek soal negara. Kalian harus jadi pemimpin yang bisa menyatukan akal, hati, dan aksi,” ujar Kang Maman penuh semangat.
Dipandu oleh duo host komedian Indonesia, Rudi Sipit dan Daus Mini, acara berlangsung cair, interaktif, dan jauh dari kesan membosankan. Para santri terlihat antusias, aktif bertanya, dan bahkan ikut tertawa bersama saat suasana jadi lebih santai.
(photo: Ist)
Kegiatan ini juga jadi ruang penguatan toleransi, inklusi, dan kebhinekaan. Di tengah derasnya arus informasi dan polarisasi sosial di media sosial, para pembicara mengajak anak muda untuk menjadi penjaga nilai-nilai luhur bangsa dan tidak mudah terpecah oleh perbedaan.
“Kalau kamu paham 4 Pilar, kamu nggak gampang dibenturkan sama hoaks, sama isu-isu perpecahan,” ujar Ibu Nyai Badriyah.
Sosialisasi 4 Pilar ini menjadi bukti bahwa pendekatan edukatif bisa dikemas dengan cara menyenangkan tanpa mengurangi substansi. Ini sekaligus menegaskan bahwa pesantren bukan hanya pusat pendidikan agama, tapi juga kawah candradimuka bagi calon pemimpin bangsa.
(photo: Ist)
Acara ditutup dengan doa bersama dan komitmen untuk menjaga semangat kebangsaan di tengah kompleksitas zaman. Para santri pun terlihat semakin percaya diri menjadi bagian dari anak muda yang paham, peduli, dan siap menjaga Indonesia.