Connect with us

Setelah 25 Tahun, Indonesia Alami Deflasi Lagi!

Economic & Business

Setelah 25 Tahun, Indonesia Alami Deflasi Lagi!

Suasana di sebuah pasar di Jakarta, menjelang Ramadan, 28 Februari 2025. (Achmad Ibrahim/AP)

JAKARTA | Setelah 25 tahun, Indonesia akhirnya mengalami deflasi tahunan lagi! BPS mencatat deflasi year-on-year sebesar 0,09% pada Februari 2025, serta deflasi bulanan 0,48%. Tapi, benarkah ini tanda daya beli masyarakat melemah?

Kok Bisa Deflasi?

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti. (Courtesy: bps.go.id)

Menurut Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, deflasi kali ini dipicu oleh diskon tarif listrik 50% yang berlaku sejak Januari-Februari 2025. Selain listrik, harga bahan makanan seperti beras, tomat, dan cabai juga mengalami penurunan. Jadi, ini bukan semata karena ekonomi lesu, tapi lebih karena kebijakan pemerintah.

Tapi, berbeda dengan angka deflasi, inflasi inti—yang mencerminkan harga barang dan jasa di luar faktor musiman—masih naik 0,25%. Komoditas seperti emas, kopi bubuk, dan mobil tetap mengalami kenaikan harga.

Deflasi = Daya Beli Lemah?

Ekonom CORE Indonesia, Yusuf Rendy, menilai diskon tarif listrik memang berpengaruh besar terhadap angka deflasi. Tapi, daya beli masyarakat belum tentu melemah karena inflasi inti masih terjaga.

Namun, peneliti Next Policy, Shofie Azzahrah, punya pendapat berbeda. Ia mengingatkan bahwa deflasi ini bukan hanya efek diskon listrik, tetapi bisa jadi bagian dari tren ekonomi yang sudah berlangsung lama. Bahkan, pada 2024, Indonesia sempat mengalami deflasi lima bulan berturut-turut!

Yang bikin makin aneh, deflasi kali ini terjadi menjelang Ramadan—biasanya periode konsumsi meningkat. Menurut Shofie, ada dua kemungkinan: masyarakat lebih berhati-hati dalam belanja karena kondisi ekonomi yang tidak pasti, atau memang ada penurunan pendapatan akibat PHK dan tekanan ekonomi lainnya.

Para pembeli rela antre untuk membeli daging menjelang bulan puasa Ramadan di Banda Aceh, 27 Februari 2025, . (YASUYOSHI CHIBA/AFP)

Deflasi di Negara Lain

Deflasi jarang terjadi di banyak negara. Amerika Serikat misalnya, pernah mengalami deflasi parah saat Depresi Besar 1930-an dan Resesi Besar 2007-2009. Saat itu, harga-harga turun drastis karena krisis ekonomi global.

FILE – Sebuah rumah yang disita di Denver, 4 April 2010. Menurut laporan RealtyTrac, 27 Januari 2011, data rumah yang disita melonjak menjadi 149 dari 206 wilayah metropolitan terbesar di Amerika Serikat tahun 2010. (David Zalubowski, arsip/AP)

Indonesia sendiri terakhir kali mengalami deflasi tahunan pada Maret 2000. Saat itu, penurunan harga didominasi oleh kelompok bahan makanan.

Apakah deflasi kali ini pertanda baik atau buruk? Pemerintah perlu waspada, apalagi jika daya beli masyarakat benar-benar mulai tertekan. Kita tunggu perkembangan selanjutnya!

sumber voaindonesia

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Economic & Business

FLASH UP NEWS: Kerugian Kebakaran Los Angeles Capai 2.400 Triliun Rupiah
DDSC EPS 2: "RUDAPAKSA ANAK PANTI"
ALL YOU CAN HEAR: ELFA'S SINGERS BAKALAN NGAJAK FERDY ELEMENT GABUNG??????

Facebook

Culture

To Top