Washington, DC | Wakil Presiden yang juga calon presiden Partai Demokrat Kamala Harris mengakui kekalahannya dalam pemilu presiden AS, tetapi mengatakan “tidak akan menghentikan perjuangannya.”
Kamala menggarisbawahi pentingnya prinsip fundamental demokrasi, yaitu “ketika kita kalah dalam pemilu, kita menerima hasilnya.” Prinsip ini, tambahnya, adalah yang membedakan demokrasi dari monarki atau tirani.
“Siapa pun yang ingin meraih kepercayaan publik, harus menghormati hal ini,” tegasnya seraya menambahkan “pada saat yang sama, bangsa ini sedianya setia kepada Konstitusi Amerika, bukan pada presiden atau partai. Setia pada hati nurani dan pada Tuhan.”
Setelah menyampaikan rasa terima kasih kepada ribuan pendukungnya yang memadati halaman kampus almamaternya di Washington DC, Howard University, Rabu sore (6/11), Kamala mengakui bahwa hasil pemilu ini tidak seperti yang diharapkan, diperjuangkan dan dipilih di kotak suara. “Tetapi cahaya janji Amerika akan terus bersinar terang selama kita tidak pernah menyerah dan selama kita terus berjuang.”
Lebih jauh Kamala mengatakan telah menelpon presiden terpilih Donald Trump untuk menyampaikan ucapan selamat atas kemenangannya. “Saya juga mengatakan kepadanya bahwa kami akan membantunya dan timnya dalam proses transisi, dan bahwa kita akan terlibat dalam peralihan kekuasaan yang damai,” ujarnya.
Tim kampanye Trump membenarkan adanya pembicaraan telepon antar keduanya, dan mengatakan bahwa presiden terpilih Trump mengakui kekuatan, profesionalisme dan keuletan Kamala selama kampanye. Trump juga menambahkan bahwa keduanya setuju akan pentingnya menyatukan Amerika.
Hasil sementara penghitungan suara menunjukkan Trump jauh memimpin dengan 295 electoral votes, sementara Kamala meraih 226.
Partai Republik Rebut Senat
Partai Republik juga memenangkan kembali mayoritas di Senat dengan setidaknya 52 dari 100 kursi. Perolehan ini dicapai setelah Partai Republik meraih kemenangan penting di Virginia Barat dan Ohio.
Mayoritas Dewan Perwakilan Rakyat yang saat ini juga dipegang oleh Partai Republik, hingga laporan ini disampaikan masih belum diketahui. Menjelang hari pemungutan suara 5 November lalu, Partai Republik unggul 220-212 di DPR, dengan tiga kursi kosong.
Kursi di DPR mungkin tidak akan diketahui selama beberapa hari, karena California, misalnya, sering kali membutuhkan waktu berhari-hari untuk menghitung surat suara; sementara penghitungan ulang dan pemungutan putaran kedua (runoff) dari pemilu yang ketat dapat memakan waktu berminggu-minggu untuk diselesaikan.
Seluruh 435 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat dipertaruhkan dalam pemilu di seluruh AS untuk masa jabatan dua tahun yang baru, sementara 34 dari 100 kursi di Senat diperebutkan untuk masa jabatan enam tahun yang baru.
Sebelum hari pemungutan suara, Partai Demokrat menguasai Senat dan Partai Republik menguasai DPR. [em/ab]