JAKARTA | Gengs, udah pada tau belum kalau sekarang makin sedikit anak muda yang mau jadi petani? Yap, bener banget. Berdasarkan survei dari Jakpat tahun 2023, cuma ada 6 dari 100 anak Gen Z berusia 15-26 tahun yang tertarik kerja di bidang pertanian. Nah, ini jadi masalah serius buat Indonesia, soalnya regenerasi petani tuh penting banget biar sektor pertanian kita tetap jalan.
Terus, kenapa sih banyak anak muda nggak tertarik jadi petani? Yuk, kita bahas satu-satu!
1. Sistem Monokultur = Nggak Menarik Buat Anak Muda
Salah satu alasan utamanya adalah karena sistem pertanian di Indonesia masih banyak mengandalkan monokultur , yaitu menanam satu jenis tanaman aja dalam satu lahan—contohnya padi. Menurut R. Bangun , Kepala LPDM dan Manajer Pemasaran Gapoktan, sistem ini kurang menarik buat generasi muda. Soalnya, panen padi itu butuh waktu lama, sekitar 3-4 bulan sekali panen .
“Kalau cuma fokus ke padi, monokultur, itu nggak menarik buat anak muda. Panen sekali dalam 3-4 bulan, uangnya memang banyak, tapi kan nggak ada pemasukan bulanan,” kata R. Bangun.
Jadi, bisa dibilang, sistem ini bikin pendapatan petani nggak stabil. Anak muda jaman sekarang kan lebih suka kerjaan yang bisa kasih penghasilan rutin setiap bulan atau mingguan. Makanya, mereka ogah masuk ke dunia pertanian.
2. Solusi Baru: Diversifikasi Tanaman
Nah, untuk ngejawab tantangan ini, para petani muda di daerah Sleman mulai beralih ke hortikultura , kayak menanam sayuran dan buah-buahan. Mereka sadar kalau diversifikasi tanaman bisa bikin pendapatan lebih stabil. Contohnya, gabungin tanaman dengan siklus panen yang beda-beda: ada yang bisa dipanen harian (kayak sawi sama bayam), mingguan (tomat, cabai), sampai bulanan atau tiga bulanan (padi).
Pemerintah juga udah mulai ngeluarin program baru, namanya Lumbung Pangan Mataraman . Program ini tujuannya buat dorong petani buat ngelola lahan dengan cara lebih variatif. Misalnya, kalau punya lahan 2 hektare, dibagi jadi beberapa bagian:
2.000 meter untuk tanaman yang bisa dipanen harian/mingguan (sawi, bayam).
Sebagian lagi buat tanaman yang panennya bulanan (cabai, tomat).
Sisanya buat tanaman yang panennya lebih lama, kayak padi.
Dengan cara ini, petani bisa dapet pemasukan rutin tiap hari, minggu, atau bulan. Jadi, nggak perlu nunggu 3-4 bulan cuma buat panen padi doang.
3. Bertani Itu Bisa Menghasilkan Cuan Gede!
Banyak anak muda mikir kalau bertani itu nggak menguntungkan. Padahal, Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono , bilang kalau bertani bisa jadi profesi yang super menjanjikan secara finansial. Bahkan, penghasilan petani milenial bisa nyampe Rp15-20 juta per bulan ! Gimana caranya?
Pemerintah udah nyiapin sarana produksi pertanian buat bantu anak muda ngelola lahan. Misalnya, kelompok petani muda yang disebut Brigade Pangan . Mereka dikasih kesempatan buat ngolah lahan di luar Jawa, kayak di Kalimantan, Sumatera, Papua, Sulawesi, dan lain-lain. Dengan optimalisasi lahan rawa atau cetak sawah baru, hasil panen bisa maksimal.
Contohnya, kalau ada 15 orang yang ngelola 200 hektare lahan , mereka bisa dapet penghasilan dua digit per bulan. Lumayan banget, kan?
4. Tapi Kenapa Masih Sedikit yang Mau?
Meskipun udah ada solusi kayak Lumbung Pangan Mataraman dan Brigade Pangan, masih banyak anak muda yang ogah jadi petani. Salah satu alasannya adalah karena sekarang ada banyak pilihan pekerjaan lain yang terlihat lebih “modern” atau “prestisius”. Beda banget sama jaman dulu, dimana jadi petani itu salah satu profesi yang menjanjikan.
Selain itu, stigma negatif soal pertanian juga masih kuat. Banyak anak muda mikir kalau bertani itu kerjaan yang capek, kotor, dan nggak ada masa depan. Padahal, dengan teknologi modern dan diversifikasi tanaman, pertanian sekarang bisa jadi ladang cuan yang seru dan menantang!asilan dua digit per bulan. Lumayan banget, kan?
Apa Langkah Pemerintah?
Untuk ngebangkitin minat anak muda ke sektor pertanian, pemerintah lagi gencar ngadain program-program pelatihan dan edukasi. Salah satunya lewat kelompok tani (Gapoktan) dan kelompok wanita tani (KWT) yang ngelola Lumbung Pangan Mataraman. Tujuannya, biar anak muda ngerti kalau bertani itu nggak cuma soal cangkul dan lumpur, tapi juga soal inovasi, teknologi, dan bisnis.
Kesimpulan
Jadi, meskipun banyak anak muda masih ogah jadi petani, sebenarnya ada banyak peluang besar di sektor pertanian. Dengan diversifikasi tanaman, teknologi modern, dan program pemerintah kayak Lumbung Pangan Mataraman, bertani bisa jadi profesi yang menjanjikan. Tinggal gimana caranya pemerintah dan stakeholder terkait bisa ngubah mindset anak muda tentang pertanian.
Yuk, gengs, siapa tau kamu tertarik buat nyemplung ke dunia pertanian? Siapa tau bisa jadi petani milenial sukses yang viral di media sosial! 🌱💪
Huda jaya
27/02/2025 at 7:47 PM
Harga jual murah, pupuk langka dan obat hama mahal
Achmad bachrum
01/03/2025 at 4:08 AM
Udah cape cape, waktunya panen dikalahkan impor, pejabatnya otak fee n royalti FAKTA
Hari
01/03/2025 at 4:40 AM
Gak punya lahan, modal besar, kalo panen harga sering jatuh, tidak ada jaminan penjualan lancar
Suparso
01/03/2025 at 8:33 AM
Anak muda sekarang sangat pemalas kerjanya tidur2an sambil pegang HP