Connect with us

Tempe Naik Level! BRIN Sebut Tempe Punya Khasiat Super dan Bakal Jadi Superfood Dunia

Science and Technology

Tempe Naik Level! BRIN Sebut Tempe Punya Khasiat Super dan Bakal Jadi Superfood Dunia

(Foto credit: Van Robin/Netherlands/Wikipedia)

Nggak cuma makanan warisan lokal, tempe ternyata punya potensi besar jadi superfood masa depan yang bisa bantu ketahanan pangan dan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

JAKARTA | Tempe, dari lauk rumahan jadi kandidat superfood dunia!

Siapa sangka, makanan yang sering dianggap “makanan rakyat” ini ternyata lagi dilirik serius sama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Yup, tempe yang biasanya kita santap bareng nasi uduk atau sambal kecap ternyata punya power luar biasa buat tubuh manusia.

Dalam webinar NgajiTekProP Seri #23, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari, bilang kalau proses fermentasi kedelai jadi tempe itu bukan cuma bikin enak, tapi juga bikin sehat banget.

Katanya, “Tempe punya khasiat sebagai antidiare, antidiabetik, antihipertensi, antikanker, antioksidan, bahkan antibakteri.”

Dengan kata lain, tempe tuh semacam multivitamin alami yang bisa bantu kesehatan masyarakat lewat pangan fungsional.

Tempe dorong ketahanan pangan & program makan bergizi gratis

Selain sehat, tempe juga punya peran besar buat kemandirian pangan nasional. BRIN menilai, tempe bisa jadi andalan buat mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan juga swasembada pangan.

Bayangin kalau di masa depan, anak-anak Indonesia rutin makan tempe yang udah diolah dengan teknologi canggih sehatnya dapet, gizinya oke, dan bahan bakunya lokal!

Kepala PRTPP BRIN, Satriyo Krido Wahono, bahkan bilang kalau tempe bakal jadi superstar baru dalam riset pangan tahun depan.

“Tempe ini salah satu superfood Indonesia yang akan kami eksplorasi lebih jauh,” ujarnya.

Fokus risetnya? Bikin tempe yang nggak cuma bergizi, tapi juga punya fungsi kesehatan yang kuat dan bisa bantu jaga ketahanan pangan berbasis biodiversitas Indonesia.

(Foto credit: sakurai midori/wikipedia)

Dari kedelai ke tubuh kita: Rahasia di balik fermentasi tempe

Lanjut ke penjelasan ilmiahnya nih. Periset PRTPP BRIN, Andri Frediansyah, cerita gimana proses fermentasi kedelai bisa ngubah senyawa biasa jadi luar biasa.

Jadi, di dalam kedelai ada senyawa namanya isoflavon glikosida. Nah, pas difermentasi pakai kapang Rhizopus atau bakteri, senyawa ini berubah jadi isoflavone aglycone bentuk yang lebih gampang diserap tubuh.

Bedanya signifikan banget:

  • Isoflavone aglycone diserap cuma dalam 2 jam,
  • Sedangkan bentuk glikosida butuh 4 jam.

Artinya, tubuh bisa lebih cepat dapet manfaatnya!

Teknologi modern bikin tempe makin “bertenaga”

Biar hasil fermentasinya makin maksimal, BRIN juga lagi kembangin teknologi bioproses modern mulai dari ko-fermentasi, proses germinasi, sampai yang canggih kayak ultrasound, high pressure processing, dan pulsed electric field.

Menurut Fred, semua teknologi ini bisa bantu “pecahin” struktur sel kedelai biar enzim alami di dalamnya lebih efektif ngubah isoflavon glikosida jadi aglikon.

“Dengan teknologi kayak ultrasound atau high pressure, dinding sel kedelai bisa terbuka dan bikin proses konversinya optimal,” jelasnya. Hasilnya? Tempe yang bukan cuma lezat, tapi juga nutrisi booster beneran!

Tempe: dari meja makan ke laboratorium riset dunia

Riset ini nunjukin satu hal: makanan lokal kayak tempe bukan cuma simbol budaya, tapi juga masa depan pangan dunia.

Dengan riset berkelanjutan dan teknologi yang makin maju, bisa aja ke depan tempe jadi iconic Indonesian superfood yang diakui global kayak sushi dari Jepang atau kimchi dari Korea.

Jadi, lain kali kamu makan tempe goreng, inget ya kamu lagi makan makanan masa depan!

source: cnbcindonesia

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Science and Technology

BLACKPINK New Album & World Tour 2025 #blackpink #blinks #worldtourdeadline
RESAH HATI EPS 4 #resahhati #contentreligi #syiar #tebarkebaikan
RASULULLAH & PARA SAHABAT Eps 3

Facebook

Culture

To Top