Curhat ‘Mas-mas Performatif’: Cuma Pengen Jadi Diri Sendiri, Bro!

JAKARTA | Pernah gak sih lo denger istilah performative male? Sekarang lagi nge-trend banget, bro! Bukan cuma soal gaya biar keliatan cool, tapi cowok-cowok ini bilang mereka cuma pengen jadi diri sendiri. Bukan tipe yang urakan atau doyan main kasar, mereka lebih suka santai sambil baca buku, apalagi buku-buku yang ngomongin soal perempuan. Catchy abis, gak tuh?

Apa Sih Performative Male Itu?

Jadi gini, performative male ini istilah buat cowok yang punya gaya beda dari stereotip maskulin jaman dulu. Bukan yang suka pamer otot atau ngomong keras, mereka lebih ke tipe yang soft, emosional, dan peka. Bayangin cowok yang selalu rapi, gesturnya lembut, dan gak takut nunjukin sisi sensitifnya. Keren, kan? Tapi sayangnya, di Indonesia, istilah ini kadang masih dipandang sebelah mata, kayak cuma buat show off di medsos doang.

Cerita Naufal: “Gue Suka Gaya Gini, Emang Cocok!”

Salah satu yang ngejalanin gaya ini adalah Naufal, 25 tahun, pegawai swasta. Dia bilang, “Gue suka banget dandan rapi, bro. Bukan buat gaya-gayaan, tapi ini cara gue ngargain diri sendiri.” Keren, gak? Naufal cerita ke tim POPERS.ID (6/8), dia udah suka tampil kece sejak kuliah. Bagi dia, penampilan itu bukan cuma soal fesyen, tapi soal self-respect.

Selain dandan rapi, Naufal juga hobi baca buku. Karya-karya penulis kayak Ayu Utami sama Goenawan Mohamad selalu nemenin harinya. Dari situ, dia belajar banyak nilai-nilai yang bikin dia lebih open-minded. “Gue jadi nyaman ngomong pelan, dandan gak kaku, dan lihat sesuatu dari sudut pandang yang lebih empatik,” katanya.

Naufal juga bilang, “Gue gak terlalu ngerti konsep performative male itu apa. Gue cuma suka gaya ini karena nyaman. Orang mau suka atau enggak, terserah mereka.” Chill banget, bro! Buat Naufal, jadi cowok gak harus garang atau berotot. Yang penting, dia bisa ekspresikan diri apa adanya.

Indra Jaya: “Rapi Itu Bikin PD!”

Cerita lain datang dari Indra Jaya, 22 tahun. Dia juga suka tampil rapi dan catchy. “Dandan rapi bikin gue keliatan lebih oke dan bersih,” ujarnya. Gaya rapi Indra terinspirasi dari budaya K-Pop Korea Selatan. Menurut dia, definisi maskulinitas jaman sekarang udah beda. “Gak bisa nilai cowok cuma dari suara berat atau otot gede. Cowok yang peka, bisa ngerti perempuan, itu yang beneran keren,” tambahnya. Mic drop, bro!

Dito: “Kelembutan Bukan Berarti Lemah”

Beda lagi sama Dito, 32 tahun, yang bilang kelembutan gak bikin cowok lemah. “Cowok itu dinilai dari sikap sama tanggung jawabnya, bukan dari otot atau suka gelut,” katanya. Dito udah lama suka dandan rapi, jauh sebelum istilah performative male hits. Dia juga hobi baca karya sastra klasik kayak Jane Eyre sama Pride and Prejudice. Classy banget, gak sih?

Buat Dito, jadi cowok gak harus selalu dominan atau keras. “Gue lebih suka jadi orang yang kalem, gak meledak-ledak, dan jauh dari drama,” ujarnya. Tapi dia tetep tegas, “Laki-laki sejati itu yang punya komitmen dan tanggung jawab.” Respect, bro!

Jadi Diri Sendiri, Gak Perlu Validasi

Jadi, apa sih intinya? Performative male ini bukan soal cari validasi di medsos atau cuma ikut-ikutan tren. Ini soal cowok yang nyaman jadi diri sendiri, entah itu lewat dandanan rapi, baca buku sastra, atau punya sisi emosional yang kuat. Mereka gak takut keliatan “lembut” karena buat mereka, maskulinitas itu gak cuma soal otot atau sikap garang.

Di jaman sekarang, pandangan soal maskulinitas emang udah berubah. Cowok gak harus selalu jadi “alpha” biar dianggap jantan. Yang penting, mereka bisa jadi diri sendiri, bertanggung jawab, dan punya empati. Jadi, buat lo yang suka dandan rapi atau baca buku sastra, keep it real, bro! Gak perlu takut di-judge, yang penting lo nyaman sama diri lo sendiri.

_{^{source cnnindonesia}}