JAKARTA | Gue nggak tahu siapa yang butuh denger ini, tapi kalau lo ngerasa kerja itu nyiksa, lo nggak sendirian. Dari semua survei yang ada selama 10 tahun terakhir, mayoritas pekerja di Amerika (dan gue yakin di Indo juga) bilang kerjaan mereka tuh… ya gitu deh. Mediocre. Bikin lelah lahir batin. 💀
Nah, Amanda Litman, seorang founder, leader, dan ibu dua anak, percaya kalau Gen Z & Milenial sebenernya bisa kok ubah culture kerja yang toxic jadi lebih sehat, lebih waras, dan lebih manusiawi. Tapi syaratnya satu: harus mulai dari diri sendiri dan cara kita mimpin.
Burnout Itu Nyata, Bro.
Lo mungkin mikir, “Ya emang gitu kali hidup, kerja ya capek.” Tapi burnout tuh bukan harga mati. Banyak hal yang bisa dilakuin biar nggak tiap hari kerja sambil ngitung detik ke jam pulang. Kayak fleksibilitas kerja, paid leave, liburan beneran (bukan liburan sambil bales email), bahkan four-day workweek.
Tapi jujur, Amanda sendiri ngaku dia payah banget buat ambil cuti. Setelah cuti melahirkan anak pertamanya Maret 2022, dia baru ambil liburan beneran Juli 2024. Itu juga karena “dipaksa” suaminya dan terapisnya. 🫠
Efeknya? Marah-marah mulu, capek yang nggak ilang-ilang, sampai mikir “lahiran lagi aja deh biar bisa rehat.” Nggak lucu, tapi relate banget, kan?
Masalahnya? Kita Sok Sibuk Banget
Banyak anak muda sekarang ngerasa nggak bisa lepas dari kerjaan. Bahkan pas liburan pun, masih kepikiran kerja. Ada yang takut ditinggal, ada yang ketagihan ngerasa “berguna”, ada juga yang ngerasa cuma bisa kabur dari masalah hidup lewat kerja. Tapi… itu bukan cara yang sehat.
Amanda bilang, “Kita pengen tim kita ambil cuti, tapi kita sendiri nggak mau.” Padahal, salah satu bentuk kepemimpinan yang sehat tuh justru kasih contoh langsung: ambil liburan, rehat, disconnect.
Vacation Bukan Mewah, Tapi Kebutuhan
Liburan nggak harus panjang kok. Komedian Ilana Glazer misalnya, tiap Jumat malam sampai Sabtu malam matiin HP buat Shabbat. Itu aja udah cukup recharge.
Coba deh cek kalender. Ada libur nasional yang bederet nggak atau akhir Desember misalnya, siapa sih yang beneran kerja? Mending tutup aja tuh kantor sementara. Kalau direncanain, semua bisa diatur. Nggak perlu takut inbox meledak pas balik kerja, karena… ya nggak ada yang ngirim email juga.
Bikin Sistem yang Waras
Kalau lo punya wewenang, coba bikin kebijakan sabbatical. Di tempat Amanda, setelah 3 tahun kerja bisa ambil cuti sebulan. Setiap tahun berikutnya nambah seminggu. Cofounder-nya bahkan ambil sabbatical 6 minggu dan bilang, “Gue nggak akan survive 2024 tanpa itu.”
Sabbatical bisa jadi strategi retensi juga. Tim lo bakal betah kalau tahu mereka punya waktu buat diri sendiri. Lo juga harus siap kalau ada yang cuti lama karena ngurus keluarga atau alasan pribadi. Jangan panik, siapin sistem yang tahan banting.
The Big Solution: 4 Hari Kerja, Sis!
Yes, ini bukan mimpi. Four-day workweek tuh bukan cuma wacana. Itu solusi nyata biar kerja nggak bikin mental breakdown. Kalau lo pemimpin, lo bisa mulai dorong ke arah sana.
Jangan Mau Diperbudak Hustle Culture
Banyak buku leadership tuh masih mikir Gen Z & Milenial tuh generasi “pemalas” yang nggak loyal. Padahal faktanya, anak muda sekarang cuma pengen kerja yang manusiawi. Gaji sesuai, waktu istirahat dihargai, dan punya hidup di luar kantor. Salah?
Amanda bahkan nulis buku When We’re In Charge buat bantu Gen Z & Milenial jadi pemimpin yang nggak toxic. Buku ini dibikin buat lo yang pengen sukses, tapi tetep punya waktu scroll TikTok sambil rebahan tanpa rasa bersalah. 😎
Work-Life Balance? Lebih Ke Work-Rest Integration
Ganti cara mikir. Bukan cuma “kerja harus imbang sama hidup”, tapi gimana kerja dan istirahat bisa nyatu dalam ritme lo. Lo harus bikin sistem, budaya, dan kebijakan yang support istirahat. Kayak kata Liz Zaretsky dari New York Public Library, “Kerja itu penting, tapi bukan segalanya. Nggak ada yang harus sengsara buat gaji.”
Bahkan kalau target fundraising harus dicapai, itu bukan alasan buat potong cuti sakit atau parental leave tim lo.
Kerja Nggak Harus Menyiksa
Kalau lo pemimpin, lo punya tanggung jawab buat bikin lingkungan kerja yang manusiawi. Lo nggak bisa paksa orang buat ‘cinta kerja’ kalau lo sendiri nggak pernah kasih mereka ruang buat istirahat.
Ingat: kerja bisa sukses tanpa bikin lo miserable. Kita bisa ubah sistem, asal mulai dari diri sendiri.