Tausyiah
7 Kultum Ramadhan Singkat, Penuh Makna!

Bulan Ramadhan itu nggak lengkap tanpa kultum—ceramah singkat yang bisa bikin kita lebih semangat dan termotivasi. Biasanya kultum disampaikan sebelum berbuka atau setelah salat Isya. Nah, kalau kamu butuh referensi, ini dia 7 kultum Ramadhan singkat tentang sabar yang bisa jadi bahan renungan!
Berikut 7 kultum Ramadhan singkat 3 menit tentang sabar:
- Sabar dalam Menjalankan Ibadah Puasa
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, dan kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadan yang penuh keberkahan ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah, bulan Ramadan adalah bulan yang mengajarkan kita tentang kesabaran. Dalam menjalankan ibadah puasa, kita tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perkataan yang buruk, amarah, dan segala perbuatan yang bisa mengurangi pahala puasa kita. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 183:
يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa puasa bukanlah sekadar ritual, tetapi merupakan sarana untuk meningkatkan ketakwaan. Ketakwaan itu sendiri tidak bisa diperoleh tanpa kesabaran. Menahan diri dari hal-hal yang diharamkan, menahan lapar dan dahaga, serta menahan hawa nafsu adalah bagian dari ujian kesabaran yang harus kita jalani selama Ramadan.
Rasulullah SAW juga mengingatkan kita bahwa kesabaran dalam berpuasa bukan hanya soal menahan makan dan minum, tetapi juga menahan lisan dan perbuatan. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda :
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini memberikan pelajaran penting bagi kita semua. Banyak orang yang mampu menahan lapar dan haus, tetapi sulit menahan amarah dan perkataan buruk. Padahal, menjaga lisan dan emosi merupakan bagian dari kesempurnaan puasa. Sering kali kita melihat seseorang mudah tersulut emosinya saat berpuasa, padahal justru inilah ujian kesabaran yang sesungguhnya.
Hadirin sekalian, mari kita renungkan sejenak, apakah kita sudah benar-benar memahami makna sabar dalam berpuasa? Apakah kita hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi masih sering marah dan berkata kasar? Ramadan adalah kesempatan bagi kita untuk melatih kesabaran dengan sebaik-baiknya. Jika kita berhasil bersabar selama sebulan penuh, maka insyaAllah sifat sabar ini akan menjadi bagian dari karakter kita di bulan-bulan berikutnya.
Selain itu, kesabaran dalam menjalankan puasa juga mencakup kesabaran dalam menghadapi rasa lelah dan kantuk ketika melaksanakan ibadah malam, seperti salat Tarawih dan membaca Alquran. Rasulullah SAW dan para sahabat selalu bersungguh-sungguh dalam ibadah di bulan Ramadan, meskipun tubuh mereka merasa lelah. Inilah bukti bahwa kesabaran dalam beribadah adalah tanda ketakwaan seorang hamba kepada Allah.
Sebagai penutup, marilah kita jadikan Ramadan ini sebagai ajang untuk meningkatkan kesabaran kita dalam segala hal. Sabar dalam menahan lapar dan haus, sabar dalam menahan amarah, sabar dalam memperbanyak ibadah, serta sabar dalam menghadapi segala ujian kehidupan. Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai hamba-hamba yang sabar dan bertakwa.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
- Sabar dalam Menghadapi Ujian Hidup
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, serta kesehatan sehingga kita dapat berkumpul di bulan yang penuh berkah ini. Shalawat serta salam marilah kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah, hidup di dunia ini tidak selalu mudah. Setiap manusia pasti akan menghadapi ujian dalam berbagai bentuk, baik berupa kehilangan, kesulitan ekonomi, sakit, atau cobaan lainnya. Allah SWT telah mengingatkan kita dalam Alquran bahwa setiap ujian yang datang bukanlah tanpa sebab, melainkan sebagai sarana untuk menguji kesabaran dan keimanan kita.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 155:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan sungguh, Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Dari ayat ini, kita belajar bahwa ujian adalah bagian dari kehidupan. Tidak ada seorang pun yang luput dari ujian, termasuk para nabi dan orang-orang saleh. Namun, mereka menghadapi ujian tersebut dengan kesabaran dan keyakinan kepada Allah.
Salah satu teladan terbaik dalam kesabaran adalah kisah Nabi Ayyub AS. Beliau diuji dengan kehilangan harta, anak-anak, dan kesehatannya. Meskipun demikian, Nabi Ayyub tetap bersabar dan terus beribadah kepada Allah. Beliau tidak pernah mengeluh atau berputus asa. Karena kesabarannya, Allah SWT akhirnya mengangkat derajatnya dan mengembalikan semua yang hilang dengan yang lebih baik.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama” (Muttafaqun ‘alaihi).
Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa ujian adalah tanda cinta Allah kepada hamba-Nya. Semakin besar ujian yang diberikan, semakin besar pula pahala dan derajat seseorang di sisi Allah jika ia bersabar. Oleh karena itu, ketika kita menghadapi kesulitan, janganlah berputus asa, tetapi bersabarlah dan terus berdoa kepada Allah SWT.
Hadirin yang dirahmati Allah, Ramadan adalah bulan yang melatih kita untuk bersabar. Ketika berpuasa, kita menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Ini adalah latihan kesabaran yang sangat berharga. Jika kita mampu bersabar dalam menjalankan puasa, maka kita juga harus mampu bersabar dalam menghadapi cobaan hidup.
Sebagai penutup, marilah kita berdoa agar Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi setiap ujian hidup. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang sabar dan mendapatkan pahala yang besar di sisi-Nya. Aamiin.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
- Sabar dalam Menjaga Lisan di Bulan Ramadan
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam serta kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadan, bulan penuh berkah dan ampunan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga hari akhir.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah, salah satu bentuk kesabaran yang sering dilupakan di bulan Ramadan adalah kesabaran dalam menjaga lisan. Banyak orang mengira bahwa puasa hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi sebenarnya puasa juga menuntut kita untuk menjaga perkataan agar tetap baik dan tidak menyakiti orang lain. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Artinya, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak peduli dia telah meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR. Bukhari)
Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa puasa tidak akan bernilai jika kita masih berkata dusta, menggunjing, atau menyebarkan fitnah. Karena itu, menjaga lisan merupakan bagian penting dalam kesempurnaan ibadah puasa kita.
Allah SWT juga mengingatkan dalam Alquran:
مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat Raqib dan Atid (yang selalu mencatat).” (QS. Qaf: 18)
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap perkataan kita dicatat dan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Oleh karena itu, di bulan Ramadan ini, kita harus lebih berhati-hati dalam berbicara. Jangan sampai kita berpuasa seharian, tetapi justru kehilangan pahala karena perkataan yang tidak baik.
Hadirin sekalian, sering kali kita lupa bahwa lisan bisa menjadi sumber dosa yang besar. Terkadang, kita dengan mudah menggunjing orang lain, menyebarkan berita yang belum tentu benar, atau berbicara kasar ketika marah.
kita belajar bahwa satu kata saja bisa menentukan nasib kita di akhirat. Oleh karena itu, di bulan Ramadan ini, mari kita perbanyak perkataan yang baik, seperti berdzikir, membaca Alquran, dan berbicara dengan lemah lembut kepada sesama.
Selain itu, di era digital ini, menjaga lisan juga berarti menjaga jari-jari kita dari menulis atau menyebarkan sesuatu yang buruk di media sosial. Jangan sampai kita berpuasa tetapi tangan kita sibuk mengetik komentar negatif, menyebarkan berita hoaks, atau menggunjing orang lain di dunia maya.
Sebagai penutup, marilah kita berusaha menjaga lisan kita selama Ramadhan ini, agar puasa kita tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi ibadah yang bernilai di sisi Allah SWT. Semoga kita semua menjadi hamba yang lebih sabar dalam berbicara dan selalu berkata baik dalam kehidupan sehari-hari.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
- Sabar dalam Menghadapi Ujian di Bulan Ramadan
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam serta mempertemukan kita kembali dengan bulan Ramadan, bulan penuh berkah dan pengampunan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah, bulan Ramadan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga bulan ujian. Kita diuji dengan rasa lapar dan haus, diuji dengan kantuk ketika bangun sahur dan salat malam, bahkan terkadang diuji dengan berbagai kesulitan hidup seperti masalah ekonomi, kesehatan, atau keluarga. Namun, ingatlah bahwa setiap ujian yang kita hadapi adalah tanda kasih sayang Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan sungguh, Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini menunjukkan bahwa ujian adalah bagian dari kehidupan. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak diuji. Bahkan para nabi dan rasul yang merupakan manusia pilihan Allah pun tetap menghadapi ujian yang berat.
Salah satu teladan terbaik dalam kesabaran adalah kisah Nabi Ayyub AS. Beliau mengalami sakit bertahun-tahun, kehilangan harta, dan kehilangan keluarganya, tetapi tetap bersabar dan tidak pernah berputus asa. Doa yang beliau panjatkan kepada Allah tertulis dalam Al-Qur’an:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, ‘Sungguh, aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua penyayang.’” (QS. Al-Anbiya: 83)
Doa ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi ujian, kita harus tetap mengingat Allah dan memohon pertolongan-Nya.
Rasulullah SAW juga bersabda:
إإِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).
Dari hadits ini, kita memahami bahwa semakin besar ujian yang kita hadapi, semakin besar pula pahala yang Allah siapkan untuk kita. Oleh karena itu, ketika menghadapi kesulitan di bulan Ramadan, janganlah berkeluh kesah. Sebaliknya, jadikan setiap ujian sebagai jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Hadirin yang dirahmati Allah, Ramadan adalah kesempatan bagi kita untuk melatih kesabaran dalam menghadapi berbagai ujian hidup. Sabar bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi bersungguh-sungguh dalam menghadapi cobaan dengan keyakinan bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.
Sebagai penutup, marilah kita senantiasa berdoa agar Allah SWT memberikan kita kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi setiap ujian hidup. Semoga Ramadan ini menjadi ajang bagi kita untuk lebih bersabar dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Aamiin.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
- Sabar dalam Menahan Amarah di Bulan Ramadan
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan Ramadan, bulan penuh rahmat dan ampunan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah, salah satu tantangan terbesar dalam berpuasa adalah menahan amarah. Ketika tubuh dalam keadaan lapar dan haus, emosi kita sering kali menjadi tidak stabil. Terkadang hal-hal kecil bisa memancing kemarahan, seperti antrean panjang di jalan, perbedaan pendapat, atau gangguan dari orang lain. Namun, sebagai seorang muslim, kita diajarkan untuk bersabar dan tidak mudah terpancing emosi, terutama di bulan Ramadan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَٱلْكَاظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan (bagi) orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 134)
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa orang yang mampu menahan amarahnya dan memaafkan orang lain adalah orang yang dicintai oleh Allah SWT. Ini menunjukkan bahwa mengendalikan emosi bukan hanya bagian dari akhlak yang baik, tetapi juga jalan untuk mendapatkan cinta dan ridha-Nya.
Hadirin sekalian, Rasulullah SAW juga memberikan tips dalam menahan amarah. Dalam hadits lain, beliau bersabda:
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ
“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Ini adalah cara sederhana yang diajarkan Rasulullah agar kita tidak terbawa emosi saat marah. Selain itu, memperbanyak istighfar dan mengambil wudhu juga dapat membantu meredakan amarah.
Di bulan Ramadan ini, mari kita jadikan momentum untuk melatih diri agar lebih sabar dalam menghadapi berbagai situasi yang bisa memancing kemarahan. Jika kita bisa mengendalikan emosi kita dengan baik, insyaAllah kita akan mendapatkan keberkahan dan pahala yang lebih besar dalam ibadah puasa kita.
Sebagai penutup, marilah kita memohon kepada Allah SWT agar diberikan kesabaran dan kemampuan untuk mengendalikan amarah kita. Semoga Ramadan ini menjadi ajang untuk memperbaiki diri dan meningkatkan akhlak kita agar menjadi pribadi yang lebih baik. Aamiin.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
- Sabar dalam Menghadapi Godaan Maksiat di Bulan Ramadan
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat Islam, iman, dan kesehatan sehingga kita dapat menjalankan ibadah di bulan Ramadan. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya yang istiqamah dalam mengikuti ajarannya.
Hadirin yang dirahmati Allah, bulan Ramadan adalah bulan penuh keberkahan dan ampunan. Namun, di bulan yang mulia ini, bukan berarti godaan dan hawa nafsu hilang begitu saja. Justru, di bulan Ramadan ini, kita diuji dengan berbagai godaan maksiat, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Oleh karena itu, dibutuhkan kesabaran ekstra agar kita tetap istiqamah dalam ketaatan kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ
“Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Yusuf: 53)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa hawa nafsu cenderung mengajak kepada keburukan. Oleh karena itu, kita harus berusaha mengendalikannya, terutama di bulan Ramadan, ketika setan dibelenggu dan kita memiliki kesempatan besar untuk meningkatkan ketakwaan.
Hadirin yang dirahmati Allah, di zaman modern ini, godaan maksiat semakin banyak dan mudah diakses. Misalnya, tontonan yang tidak pantas di media sosial, pergaulan bebas, hingga kemalasan dalam beribadah. Oleh karena itu, kita harus memiliki kesabaran dan keteguhan hati untuk menjauhi segala hal yang dapat merusak ibadah puasa kita.
Salah satu cara untuk menghadapi godaan maksiat adalah dengan memperbanyak dzikir dan membaca Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Selain itu, menjaga lingkungan pergaulan juga penting. Berkumpullah dengan orang-orang saleh yang senantiasa mengingatkan kita kepada kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:
لْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ وَأَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai. Dan engkau akan bersama orang yang engkau cintai.” (HR. Tirmidzi no. 2385. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Oleh karena itu, jika kita ingin selamat dari godaan maksiat, mari kita pilih teman dan lingkungan yang membawa kita kepada kebaikan.
Sebagai penutup, marilah kita memohon kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan untuk menghadapi segala godaan dan dijauhkan dari perbuatan maksiat, sehingga ibadah puasa kita benar-benar diterima dan diberkahi oleh-Nya. Semoga Ramadan ini menjadi momen bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bertakwa. Aamiin.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
- Sabar dalam Beribadah dan Menjalankan Ketaatan
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk menikmati bulan Ramadan yang penuh berkah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umat Islam yang istiqamah dalam menjalankan ajarannya.
Hadirin yang dirahmati Allah, bulan Ramadan adalah bulan ibadah. Di bulan ini, kita diperintahkan untuk berpuasa, memperbanyak salat sunnah, membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan bersedekah. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa menjalankan ibadah secara konsisten membutuhkan kesabaran. Ada kalanya kita merasa malas, lelah, atau bahkan tergoda untuk meninggalkan amalan-amalan yang seharusnya dilakukan.
Allah SWT berfirman dalam Alquran:
وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ
“Dan bersabarlah atas segala sesuatu yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa kesabaran dalam ketaatan adalah bagian dari perjuangan hidup seorang muslim. Setiap ibadah pasti memiliki tantangannya, tetapi dengan kesabaran, semua itu bisa dijalani dengan ikhlas dan penuh keikhlasan.
Rasulullah SAW juga bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بْنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاء
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda, “Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani Israil adalah karena wanita.”
Dari hadits ini, kita memahami bahwa dunia penuh dengan godaan yang dapat melalaikan kita dari ibadah. Oleh karena itu, dibutuhkan kesabaran untuk tetap istiqamah dalam menjalankan perintah Allah SWT.
Hadirin yang dirahmati Allah, mari kita manfaatkan Ramadan ini untuk membiasakan diri dalam ketaatan kepada Allah SWT. Semoga kita diberikan kesabaran dan kekuatan untuk terus beribadah dengan ikhlas dan istiqamah.
Sebagai penutup, marilah kita berdoa agar Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan menjadikan kita hamba yang selalu sabar dalam menjalankan ketaatan. Aamiin.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
sumber okezonemuslim
