Connect with us

Rating 1/10 untuk ‘A Business Proposal’: Cancel Culture di Indonesia Memang Nyata!

Socio-Cultural

Rating 1/10 untuk ‘A Business Proposal’: Cancel Culture di Indonesia Memang Nyata!

(photo: Falcon Pictures)

JAKARTA | Belakangan ini, jagat maya dihebohkan dengan fenomena cancel culture yang menimpa film A Business Proposal versi Indonesia. Adaptasi dari Webtoon Korea populer berjudul The Office Blind Date ini mendadak viral bukan karena kesuksesannya, melainkan karena rating IMDb-nya yang anjlok ke angka 1/10 akibat ulah netizen +62. Fenomena ini pun memicu perdebatan soal seberapa besar pengaruh cancel culture di dunia digital saat ini.

Cancel Culture: Senjata Tajam Netizen

Menurut Enda Nasution, pengamat media sosial sekaligus Koordinator Bijak Bersosmed, kekuatan netizen Indonesia memang tidak bisa diremehkan. “Iya memang kekuatan netizen bisa sekuat itu ya,” katanya kepada detikINET , Senin (10/2/2025). Enda menjelaskan bahwa cancel culture adalah nyata dan memiliki dampak signifikan karena jumlah netizen Indonesia yang begitu besar.

Salah satu contoh paling mencolok adalah bagaimana netizen bisa memberikan ribuan komentar negatif pada akun seseorang atau bahkan sebuah produk. Misalnya, kasus wasit Bahrain yang dianggap tidak adil terhadap Timnas Indonesia. Dalam konteks film seperti A Business Proposal , review buruk massal di platform seperti IMDb juga menjadi salah satu bentuk cancel culture.

“Kekuatan nyatanya justru dari boikot yang sesungguhnya. Jadi misalnya tidak membeli lagi produk tertentu, ngeblok seorang selebriti, atau komen negatif di media sosial. Ini yang kemudian membuat perusahaan atau lembaga enggak mau pakai lagi orang tersebut karena takut kena serangan balik dari netizen,” tambahnya.

Contoh Lain Cancel Culture di Indonesia

Enda juga menyoroti kasus lain yang mencerminkan kuatnya cancel culture, seperti insiden pegawai PT Timah beberapa waktu lalu. Menurutnya, hal itu juga merupakan bagian dari cancel culture, di mana seseorang atau institusi menjadi sasaran amukan warganet karena tindakan atau pernyataan yang dianggap bermasalah.

Namun, Enda mengingatkan agar netizen tidak gegabah dalam melakukan cancel culture. Pasalnya, tindakan ini bisa memakan korban yang mungkin tidak bersalah atau masalahnya lebih kompleks daripada yang terlihat di media sosial.

“Netizen Indonesia mungkin suka cancel culture, tapi di sisi lain juga sebenarnya pemaaf. Contohnya kasus Gofar Hilman. Waktu itu dia kena cancel culture, semua brand menarik diri. Tapi setelah sekian tahun, ketika masalahnya selesai, dia bisa kembali lagi,” ujar Enda.

Apa yang Terjadi pada ‘A Business Proposal’?

Film A Business Proposal versi Indonesia disebut-sebut menjadi korban cancel culture terbaru. Film ini diadaptasi dari Webtoon Korea yang telah sukses diadaptasi ke drama Korea dengan pemain Ahn Hyo Seop dan Kim Sejeong. Falcon Pictures kemudian me-remake cerita ini ke versi Indonesia dengan Abidzar Al Ghifari dan Ariel Tatum sebagai pemeran utama.

Namun, respons publik ternyata tidak sesuai harapan. Film ini langsung menuai kritik pedas di media sosial, terutama dari para penggemar versi aslinya. Banyak yang merasa adaptasi ini gagal memenuhi ekspektasi mereka. Bahkan, ada seruan untuk memboikot film ini sebelum rilis resmi.

Pada hari pertama penayangannya, Kamis (6/2/2025), jumlah penonton A Business Proposal menjadi sorotan. Rating IMDb-nya pun langsung anjlok ke angka 1/10, diduga akibat ulasan massal dari netizen yang tidak puas.

Abidzar Minta Maaf

Di tengah hujatan netizen, Abidzar Al Ghifari akhirnya angkat bicara. Ia menyampaikan permintaan maaf melalui media sosial atas sikap, perbuatan, dan ucapan yang dianggap menyinggung penggemar.

“Saya memohon maaf untuk semua yang telah tersakiti atas sikap, perbuatan, dan ucapan saya yang salah. Terima kasih buat kalian semua sudah memberikan saya pelajaran yang sangat berharga. Hal ini menjadi pembelajaran yang besar untuk saya dalam berproses menjadi seseorang yang dewasa dan bijaksana,” tulis Abidzar.

Antara Boikot dan Pemulihan

Meskipun cancel culture terbukti memiliki dampak besar, Enda Nasution menegaskan bahwa efeknya tidak selalu permanen. Seperti kasus Gofar Hilman, seseorang bisa kembali diterima oleh publik jika masalahnya diselesaikan dengan baik. Namun, ini juga bergantung pada bagaimana individu atau pihak terkait merespons kritik dan memperbaiki kesalahannya.

Bagi A Business Proposal , tantangannya adalah apakah film ini bisa bangkit dari bayang-bayang cancel culture atau malah tenggelam dalam gelombang protes netizen. Yang jelas, fenomena ini sekali lagi membuktikan bahwa kekuatan netizen di era digital tidak bisa diabaikan begitu saja.

Jadi, apakah kamu termasuk yang ikut memberi rating 1/10? Atau malah penasaran ingin nonton? 😊

sumber detik

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Socio-Cultural

BLACKPINK New Album & World Tour 2025 #blackpink #blinks #worldtourdeadline
RESAH HATI EPS 4 #resahhati #contentreligi #syiar #tebarkebaikan
RASULULLAH & PARA SAHABAT Eps 3

Facebook

Culture

To Top