Connect with us

Kenapa Gen Z Susah Nyetel di Kantor? Ini 5 Penyebabnya

Socio-Cultural

Kenapa Gen Z Susah Nyetel di Kantor? Ini 5 Penyebabnya

Ilustrasi Gen Z.(FREEPIK)

JAKARTA | Gen Z sekarang jadi angkatan kerja yang lagi nge-hype banget. Mereka dikenal beda banget, punya empati tinggi, dan jago banget soal teknologi. Tapi, nggak semuanya mulus di tempat kerja. Banyak Gen Z yang malah di-PHK nggak lama setelah mulai kerja. Menurut survei dari Intelligent.com, 60% bos memecat karyawan Gen Z cuma dalam hitungan bulan.

Alasannya? Mulai dari kurang inisiatif, komunikasi nggak nyambung, sampai beda prinsip sama generasi sebelumnya.

Tapi, nggak semua Gen Z kayak gitu, lho! Banyak juga yang sukses di kerjaan. Jadi, apa masalah ini salah mereka sepenuhnya?

Sebenernya, Gen Z punya potensi gede banget. Mereka peduli sama isu sosial, lingkungan, sampai budaya kerja yang adil. Tapi, adaptasi mereka juga tergantung sama lingkungan kerja. Nah, ini dia 5 tantangan yang bikin Gen Z struggle di kantor, dilansir dari Forbes.

1. Kebanyakan Baper, Jadi Burnout

Gen Z itu jago banget ngerasain emosi, bahkan sampai bisa ngebangun koneksi yang kuat sama orang lain. Tapi sayangnya, mereka sering bawa-bawa perasaan ke kerjaan. Ini bikin mereka gampang konflik dan burnout.

Menurut survei 2024, lebih dari 80% karyawan Gen Z ngalamin burnout. Bahkan, 18% manajer sempat kepikiran resign karena ribet ngadepin karyawan Gen Z. Solusinya? Manajer harus kasih ruang buat mereka curhat, tapi tetap profesional.

2. Cara Ngobrol yang Nggak Klik

Gen Z lebih suka chat singkat dan santai daripada email panjang lebar. Masalahnya, ini sering dianggap nggak profesional sama generasi sebelumnya.

Biar nggak salah paham, manajer perlu ngerti gaya komunikasi ini, tapi tetap ngajarin kapan harus formal. Kalau saling ngerti, komunikasi jadi lebih asyik dan solid.

3. Haus Feedback

Gen Z hidup di zaman serba cepat, termasuk soal validasi. Mereka pengin feedback rutin biar tahu mereka di jalur yang benar.

Survei 2018 bilang, 65% Gen Z butuh feedback minimal seminggu sekali. Jadi, manajer perlu rajin kasih arahan. Sebaliknya, Gen Z juga perlu belajar minta feedback dan nggak takut salah.

4. Beda Prinsip, Jadi Gesekan

Gen Z suka banget sama hal yang fleksibel, inklusif, dan meaningful. Tapi, ini sering bentrok sama budaya kerja lama yang lebih kaku. Contohnya, Gen Z yang minta cuti buat kesehatan mental sering dianggap ganggu sama generasi sebelumnya.

Solusinya? Set ekspektasi jelas di awal, saling respect, dan kerja sama.

5. Ekspektasi Tinggi, Realita Pedih

Gen Z sering masuk kerja dengan mimpi besar: kerjaan yang seru, kantor yang nyaman. Tapi, yang ditemui malah PHK, tekanan kerja, atau bos yang suka ngatur.

Hasilnya, 1 dari 4 Gen Z ngerasa nggak happy di kantor, dan 20% punya rencana cabut. Biar mereka betah, kantor harus kasih fleksibilitas, transparansi, dan kesempatan buat berkembang.

sumber kompas

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Socio-Cultural

BLACKPINK New Album & World Tour 2025 #blackpink #blinks #worldtourdeadline
RESAH HATI EPS 4 #resahhati #contentreligi #syiar #tebarkebaikan
RASULULLAH & PARA SAHABAT Eps 3

Facebook

Culture

To Top