Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak semua pihak untuk terus mendukung dan memperjuangan kemerdekaan Palestina dengan tindakan nyata dan konkret.
JAKARTA | Pernyataan tersebut disampaikan Nasaruddin dalam sambutannya ketika membuka Baznas International Forum yang bertajuk Humanitarian Solidarity for Palestina and Islamic World yang diselenggarakan Badan Amil Zakat (Baznas) di Jakarta, Selasa (19/11).
Ia mengatakan bahwa luka-luka yang terjadi di Palestina bukan hanya karena perang yang meledak pada Oktober tahun lalu, tapi juga ketidakadilan, pengungsian, dan penderitaan selama puluhan tahun. Rakyat Palestina, menurut menteri tersebut, tidak mendapatkan hak-hak dasar yang layak diterima manusia normal selama beberapa generasi.
Lebih jauh Nasaruddin mengatakan, rakyat Palestina memiliki ketangguhan yang luar biasa karena tetap bertahan dan terus menuntut keadilan dan perdamaian.
Nasaruddin menegaskan bahwa saat ini bukan lagi saatnya untuk bersimpati secara pasif. Menurutnya, kini saatnya untuk menyuarakan dukungan secara aktif untuk tindakan kolektif.
“Penyembuhan datang ketika kita menyuarakan keadilan, ketika kita menyuarakan suara-suara yang tertindas, ketika kita menuntut diakuinya kekerasan dan pendudukan, dan ketika kita menegaskan bahwa semua orang hidup dalam martabat kebebasan dan keamanan. Ingatlah ini bukan beban yang hanya ditanggung oleh rakyat Palestina, masyarakat internasional memiliki kewajiban moral untuk bertindak, bukan dengan retorika saja tetapi dengan langkah-langkah nyata dan konkrit menuju perdamaian baik melalui advokasi politik, bantuan kemanusiaan, atau upaya untuk mewujudkan resolusi yang adil bagi konflik,” ungkap Nasaruddin.
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Anis Matta menegaskan bahwa Indonesia akan terus mendukung kemerdekaan Palestina. Hal tersebut, katanya, dipertegas di dalam pidato yang disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto sebelumnya.
Anis mengibaratkan perjuangan kemerdekaan Palestina saat ini seperti perang kemerdekaan. “Karena dia adalah perang kemerdekaan, maka kita akan menyaksikan bahwa perang ini akan berlangsung lebih lama, perang ini akan memakan banyak korban, walaupun kita setuju dan mendukung solusi dua negara dan saya kira seluruh faksi Palestina mendukung solusi dua negara, semua sebab-sebab di lapangan menunjukkan bahwa semua pihak tidak sedang berusaha menuju solusi dua negara,” ungkap Anis.
Anis mengatakan, ada dua alasan mengapa akan memakan waktu Panjang. Pertama, ujarnya, Israel sebagai pihak yang bertikai selalu beranggapan bahwa Solusi dia negara adalah kekalahan bagi mereka. Kedua, tambahnya, formasi kabinet pemerintahan Amerika Serikat mendatang kemungkinan akan menyulitkan Palestina, mengingat dukungannya yang kuat bagi Israel.
“Bagi kita bangsa Indonesia sekarang, Presiden kita telah menunjukkan tekad yang kuat untuk melakukan segala hal yang bisa kita lakukan baik sebagai negara maupun sebagai rakyat, dalam rangka ikut mendukung kemenangan dan kemerdekaan Palestina. Mudah-mudahan kita berdoa dalam masa pemerintahan Presiden Prabowo kita semua menjadi saksi atas kemerdekaan ini,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Baznas Noor Achmad mengatakan forum yang diselenggarakan oleh organisasinya bertujuan untuk memberikan kontribusi yang nyata bagi Palestina dan dunia Islam .
Secara khusus untuk Palestina sendiri, ia mengakui, pihaknya telah membuka program donasi yang bertajuk membasuh luka Palestina dan telah berhasil mengumpulkan dana Rp305 miliar. Baznas, ujar Noor, telah menyalurkan bantuan darurat senilai Rp60 miliar.
“Masih cukup banyak yang kami simpan, dalam rangka untuk rekonstruksi tadi yang disampaikan oleh Wamenlu dan juga Menteri Agama, kita akan membangun masjid, sekolahan dan rumah sakit Indonesia di Palestina. Maka dari itu, uang yang ada Rp200 miliar lebih akan kita tambah terus dari saudara-saudara kita seluruh Indonesia,” ungkap Noor.
Dalam wawancara terpisah, pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Agung Nurwijoyo menghargai forum yang diselenggarakan oleh Baznas tersebut. Ia menyatakan dalam konteks kemanusiaan, semua pihak harus bertindak kolektif untuk membantu perjuangan rakyat Palestina.
“Memang pertemuan kemarin apalagi ada MoU kan sebenarnya sebagai renewed commitment untuk kemudian semangat itu harus digelorakan terlebih dalam pola yang kemudian selalu dibawa oleh Indonesia. Saya melihatnya juga adalah pendekatannya selalu kepada multilateral, multi stakeholder partnership. Jadi, dia tidak melulu bergantung kepada pemerintah. Pemerintah dalam aksi politik itu menjadi satu kemestian misalkan untuk menghentikan konfliknya, tapi disisi lain ternyata ada ruang yang dimiliki oleh kelompok sosial masyarakat dan itu kekuatan modalitas yang sangat luar biasa dalam konteks pembelaaan solidaritas terhadap Palestina,” ungkap Agung.
Selain itu menurutnya, Indonesia juga bisa membangun solidaritas global south. Global south adalah istilah yang merujuk pada negara-negara yang berada di belahan bumi selatan, atau di bawah garis khatulistiwa, yang tergolong berkembang atau terbelakang. Karena, menurut Agung, dukungan 143 negara terhadap kedaulatan dan kemerdekaan Palestina tidak akan ada artinya tanpa konversi kekuatan yang lebih besar. [gi/ab]