Muhammad Rian Ardianto & Fajar Alfian ketika meluapkan kegembiraan mereka usai mengalahkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik (photo Humas & Media PP PBSI)
Jakarta | Muhammad Rian Ardianto mengakui, pencapaian Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie memotivasinya bersama pasangannya, Fajar Alfian, saat berjuang untuk menembus final All England 2024. Alhasil, mereka lolos ke final dalam dua tahun beruntun alias “back-to-back finals”, sekaligus mempertahankan gelar juara ganda putra turnamen bulu tangkis paling tua di dunia itu.
“Torehan ‘all-Indonesian final’ di tunggal putra tentunya menambah motivasi kami,” kata Rian melalui keterangan pers Humas PP PBSI, seusai mereka menuntaskan laga semifinal melawan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, Sabtu (16/3).
Pada partai melawan pasangan Jepang tersebut, sang juara bertahan menang dengan skor identik 21-18, 21-18 di Utilita Arena Birmingham, Birmingham, Inggris. Pada kesempatan yang sama, Rian berikrar, “Kami mau juga mempersembahkan gelar All England untuk Indonesia. Jadi besok kami mau berusaha maksimal.”
Sehari berselang, di final, Fajar/Rian kembali ke podium teratas All England usai mengalahkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik, juga dengan skor identik, 21-16, 21-16 dalam laga berdurasi 43 menit. “Sangat senang bisa back-to-back juara di All England. Ini juga gelar pertama kami setelah All England tahun lalu. Intinya kami ingin terus konsisten, berprestasi lagi, juara di setiap turnamen, dan rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, apalagi kami datang sebagai yang tidak diunggulkan,” Fajar, memaparkan, pada Senin (18/3) dini hari WIB.
“Gelar ini juga kami persembahkan untuk coach Aryono (Miranat). Semenjak coach Aryono naik sebagai pelatih utama, ini gelar pertama kami bersama dia. Jadi tadi sangat antusias merayakan bersamanya,” tambah pemain asal Bandung, Jawa Barat, ini.
“Gelar ini saya persembahkan untuk PBSI, keluarga, dan semua pendukung Indonesia yang terus support, baik saat kami menang ataupun kalah,” ucap Rian.
Setahun lalu di tempat yang sama, untuk kali pertama Fajar/Rian naik ke podium teratas turnamen level BWF World Tour Super 1000 tersebut, setelah mengalahkan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Pada edisi 2022, Ahsan/Hendra alias “The Daddies” juga mengalami kekalahan, kala itu dari Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri.
Selain itu, berkat gelar juara “back-to-back”, Fajar/Rian meneguhkan dominasi ganda putra Indonesia pada All England dalam rentang waktu 10 tahun terakhir. Dimulai pada 2014 melalui “The Daddies”, lalu Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (2017 dan 2018). “The Daddies” kembali naik podium pada 2019, sebelum tongkat estafet gelar juara kembali direbut oleh Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana (2022) dan Fajar/Rian (2023 dan 2024).
Empat titel kampiun ganda putra All England dalam 10 tahun terakhir juga diraih oleh Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark) pada 2015 lalu setahun berikutnya oleh Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia). Kemudian, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe (Jepang) sukses mencatatkan “back-to-back” gelar juara All England 2020 dan 2021.