Film pembuka trilogi final Kimetsu no Yaiba ini bukan cuma soal adu pedang. Siap-siap dibikin emosional sama cerita masa lalu Akaza yang nyesek abis. A must-watch for the real fans!
JAKARTA | Gengs, buat kalian yang dari kemarin nungguin kelanjutan nasib Tanjiro dkk, gue bawa kabar super bagus. Film terbaru, Demon Slayer The Movie: Infinity Castle Part 1, akhirnya rilis dan jujur… it’s everything we hoped for, and more!
Setelah penantian panjang, penutup saga Kimetsu no Yaiba ini dibuka dengan sebuah film berdurasi 2,5 jam yang sukses bikin hype gue terbayar lunas. Ini bukan sekadar film anime biasa, tapi sebuah pembuka trilogi yang solid, padet, dan emosional.
Ekspektasi Segunung, Ditebus Lunas!
Jujur, beban film ini tuh berat banget, bro. Infinity Castle adalah final arc dari manga-nya, arc yang paling ditunggu-tunggu. Studio Ufotable juga ambil risiko gede dengan nggak ngejadiin ini serial TV, tapi langsung format trilogi film.
Keputusan ini bikin film pertamanya punya tugas ganda: jadi cerita yang keren dan sekaligus jadi jaminan kalau dua film berikutnya bakal sepadan buat ditunggu. Dan tebakan gue? They nailed it! Ufotable nunjukkin kalau mereka udah khatam banget sama dunia Demon Slayer. Pengalaman mereka garap serial dan film sebelumnya bener-bener bikin Infinity Castle Part 1 ini terasa kayak major level-up.
Infinity Castle: Satu Lokasi, Visual Gak Terbatas
Plotnya sebenarnya simpel tapi ngena: Muzan Kibutsuji ngejebak seluruh anggota Demon Slayer Corps, termasuk para Hashira, di markasnya, Infinity Castle. Kedengerannya kayak bakal bosenin karena latarnya cuma di situ-situ aja, kan?
Salah besar! Justru di sinilah kejeniusan Ufotable kelihatan. Di bawah arahan sutradara Haruo Sotozaki, kastil ini jadi arena pertempuran yang super dinamis. Dindingnya bisa geser, lantainya bisa jungkir balik, arsitekturnya absurd tapi keren banget. Setiap sudutnya dieksplorasi dengan detail gila dan komposisi warna yang manjain mata. Seriously, kastilnya sendiri udah kayak salah satu karakter utama di film ini.
Tiga Duel Maut, Tiga Cerita Beda
Inti dari film ini adalah tiga pertarungan besar yang dijahit jadi satu kesatuan. Kita disuguhin:
Shinobu Kocho vs Doma (Upper Moon 2): Pertarungan yang penuh dendam dan strategi.
Zenitsu Agatsuma vs Kaigaku (New Upper Moon 6): Duel emosional antara murid dan senior seperguruan yang berkhianat.
Tanjiro Kamado & Giyu Tomioka vs Akaza (Upper Moon 3):The main event! Pertarungan ulang yang lebih intens dan personal.
Struktur penceritaannya emang agak mirip kompilasi, di mana satu pertarungan selesai, baru lanjut ke yang lain. Tapi, sutradara pinter banget ngejaga benang merahnya, yaitu misi utama mereka: habisi Muzan dan semua iblisnya. Jadi, alurnya tetap terasa nyambung dan intensitasnya nggak pernah kendor.
Di tengah-tengah adu jurus yang sengit, kita bakal sering ditarik ke adegan flashback. Awalnya mungkin agak ganggu tempo, tapi percaya deh, flashback ini penting banget buat ngasih kedalaman cerita. Tanpa ini, pertarungan Shinobu dan Zenitsu bakal terasa hambar.
Fokus Utama: Akaza yang Bikin Nyesek Parah
Nah, ini dia bagian yang menurut gue jadi jantung dari film ini: pertarungan Tanjiro dan Giyu melawan Akaza. Duel ini bukan cuma soal balas dendam Rengoku, tapi juga ngebedah habis-habisan siapa Akaza sebenarnya.
Di sinilah storytelling Ufotable bersinar paling terang. Masa lalu Akaza, saat dia masih jadi manusia bernama Hakuji, diceritain dengan begitu detail dan menyentuh. Kita bakal lihat gimana seorang pemuda yang cuma pengen ngelindungin orang yang dia sayang bisa berubah jadi iblis yang kita kenal.
Jujur, ceritanya bikin empati banget sampai susah buat benci sama karakter ini. Bagian ini bener-bener nguras emosi dan jadi kekuatan naratif terbesar di Infinity Castle Part 1. Siapin mental, dan mungkin tisu, ya.
Visual & Musik Kelas Dewa, Gak Perlu Diraguin Lagi
Soal teknis, apalagi yang mau dikomentarin dari Ufotable? Visualnya top-tier, seperti biasa. Koreografi pertarungannya mulus, brutal, tapi juga indah. Setiap tebasan pedang, efek Pernapasan, sampai Blood Demon Art digambar dengan detail yang bikin melongo.
Ditambah lagi scoring musiknya yang nendang abis. Setiap adegan laga diiringi musik yang bikin jantung berdebar kencang, ngejaga adrenalin penonton dari awal sampai akhir. Kombinasi audio-visual ini sukses menciptakan vibe “kegentingan” yang sempurna. Kita bener-bener ngerasa kalau ini adalah awal dari akhir yang bakal epik.
Kesimpulan: Pembuka yang Bikin Gak Sabar Nunggu Lanjutan!
Demon Slayer The Movie: Infinity Castle Part 1 adalah pembuka trilogi yang lebih dari sekadar meyakinkan. Ini adalah sebuah janji bahwa Ufotable bakal ngasih perpisahan yang megah dan berkesan buat para fans.
Kalau mereka bisa menjaga kualitas cerita, visual, dan emosi sekuat ini sampai dua film berikutnya, saga Kimetsu no Yaiba dijamin bakal jadi salah satu pengalaman sinematik anime terbaik sepanjang masa. Absolutely worth every penny and every second!