Ilustrasi KPK menjelaskan 8.400 jemaah gagal berangkat di 2024 karena korupsi kuota haji. (photo: AP)
KPK mengungkap skandal korupsi kuota tambahan haji 2024. Jatah haji reguler yang harusnya 92% disunat jadi 50%, bikin 8.400 orang yang udah nunggu belasan tahun jadi korban.
JAKARTA | Guys, ada kabar yang bikin elus dada banget dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bayangin deh, ada 8.400 calon jemaah haji yang udah nunggu giliran belasan tahun, eh, mimpinya ke Tanah Suci di tahun 2024 harus ambyar. Penyebabnya? Dugaan korupsi dalam pembagian kuota haji. Literally hak mereka diambil!
KPK baru aja ngebongkar kasus ini, dan detailnya bener-bener bikin miris. Orang-orang yang harusnya bisa berangkat tahun ini jadi korban praktik kotor yang mainin jatah kuota haji.
Kronologi Korupsi Kuota yang Bikin Nyesek
Jadi gini ceritanya. Indonesia kan dapet kuota tambahan haji sebanyak 20.000 untuk tahun 2024. Nah, menurut aturan di Undang-Undang No. 8 Tahun 2019, pembagiannya itu harus jelas: 92% untuk haji reguler dan 8% untuk haji khusus (ONH Plus).
Kalau dihitung, dari 20.000 kuota tambahan itu:
Haji Reguler: Harusnya dapet 18.400 kursi.
Haji Khusus: Harusnya dapet 1.600 kursi.
Tapi apa yang terjadi di lapangan? Menurut Plt Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu, kuota tambahan itu malah dibagi rata: 10.000 untuk reguler dan 10.000 untuk khusus.
“Itu yang menjadi perbuatan melawan hukumnya, itu tidak sesuai aturan itu, tapi dibagi dua, 10.000 untuk reguler, 10.000 lagi untuk kuota khusus,” jelas Pak Asep di Gedung Merah Putih KPK, Senin (25/8/2025).
Simple math, jatah haji reguler yang harusnya 18.400 kursi, cuma dikasih 10.000. Artinya, ada 8.400 kursi yang ‘hilang’ atau dialihkan secara ilegal.
Dampak Nyata: Mimpi 8.400 Orang Tertunda Belasan Tahun
Gimana nggak nyesek coba? Angka 8.400 itu bukan sekadar statistik. Mereka adalah orang-orang nyata—bapak, ibu, kakek, nenek kita yang udah nabung puluhan tahun, sabar nunggu antrean yang bisa lebih dari 14 tahun, cuma buat bisa ibadah.
“Artinya ada 8.400 orang jemaah haji, yang sudah mengantre lebih dari 14 tahun yang seharusnya berangkat di tahun 2024 menjadi tidak berangkat, akibat praktik tindak pidana korupsi ini,” tutur Pak Asep.
Bayangin perasaan mereka pas tau jatahnya diserobot gitu aja. Harapan yang udah dibangun belasan tahun harus ditunda lagi entah sampai kapan, cuma karena ada oknum yang main curang.
Kenapa Sih Kuota Reguler dan Khusus Dibedain?
Mungkin ada yang nanya, kenapa pembagiannya harus 92% dan 8%? Pak Asep juga ngejelasin point ini.
Kuota haji reguler itu porsinya besar karena mayoritas masyarakat Indonesia daftarnya lewat jalur ini. Antreannya panjang dan biayanya disubsidi pemerintah, jadi lebih terjangkau.
“Kenapa 92 persen? karena yang banyak, ini saudara-saudara kita yang ada di seluruh Indonesia, yang mendaftar haji itu menggunakan kuota reguler,” kata Pak Asep.
Sementara itu, kuota haji khusus atau ONH Plus memang biayanya jauh lebih mahal dan antreannya lebih cepat. Makanya, jatahnya dari pemerintah pun lebih sedikit, cuma 8%. It makes sense, kan? Ini soal keadilan buat mayoritas pendaftar.
Praktik mengubah jatah 92/8 jadi 50/50 ini jelas-jelas menguntungkan pihak tertentu dan merugikan ribuan jemaah reguler yang taat aturan.
KPK Janji Bakal Usut Tuntas
KPK melihat kasus ini sebagai sebuah ironi yang menyakitkan. Ibadah haji yang seharusnya jadi momen suci dan spiritual, malah dinodai sama praktik korupsi.
“Ini menjadi apa namanya, sebuah ironi gitu ya, dan tentunya kita berharap praktik-praktik seperti ini, tidak lagi terjadi,” ungkap Asep.
Pihak KPK berkomitmen buat membongkar case ini sampai ke akarnya. Tujuannya jelas: supaya penyelenggaraan ibadah haji ke depannya bisa bersih, transparan, dan nggak ada lagi jemaah yang jadi korban karena haknya dirampas. Kita semua berharap banget kasus ini bisa jadi pelajaran mahal biar nggak keulang lagi.