Salam Syiar

Pinter Doang Nggak Cukup, Adab & Akhlak Lebih Penting dari Ilmu Setinggi Langit

Published on

Ilustrasi. Dalam Islam, adab itu bukan pelengkap, tapi pondasi.(Ilustrasi: AI)

Di era digital & AI, ilmu gampang banget diakses. Tapi kalau tanpa adab dan akhlak, kepintaran bisa berubah jadi bumerang. Islam bahkan ngajarin: adab dulu, baru ilmu.

BOGOR, POPERS.ID | Di zaman sekarang, info literally ada di ujung jari. Tinggal buka smartphone, ketik kata kunci di Google, ribuan artikel langsung muncul. Apalagi dengan AI, robotik, sampe teknologi digital makin gila canggihnya. Tapi ada satu hal yang sering bikin kita mikir: semakin tinggi ilmu seseorang, nggak otomatis bikin akhlaknya bagus.

Lihat aja di media sosial. Ada orang pinter banget, sekolah tinggi, tapi gampang banget ngerendahin orang lain, ngata-ngatain, bahkan nyebar kebencian. Ada juga yang kepinterannya dipake buat nipu lewat investasi bodong, scam online, atau bikin hoaks.
Nah, dari sini keliatan banget: ilmu tanpa adab = bisa jadi senjata makan tuan.

Islam Udah Ngajarin: Adab Dulu Baru Ilmu

Dalam Islam, adab itu bukan pelengkap, tapi pondasi. Ulama klasik selalu ngingetin, sebelum belajar ilmu setinggi langit, wajib dulu beresin adab.

Allah SWT udah jelas bilang di Al-Qur’an:

“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
(QS. Al-Ahzab: 21)

Ayat ini nunjukin kalau Rasulullah SAW bukan cuma guru ilmu, tapi role model akhlak terbaik. Bahkan Nabi Muhammad SAW pernah bilang:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Al-Bukhari dalam Adab al-Mufrad, juga diriwayatkan Imam Ahmad)

Dan masih ada hadits lain yang ngasih reminder keras soal akhlak:

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat dibanding akhlak yang mulia.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad – sahih)

Ilmu Tinggi Tanpa Akhlak = Bisa Bahaya

Kalau ditarik ke zaman sekarang, contoh realnya banyak:

  • Ilmuwan jenius bisa bikin teknologi canggih. Tapi kalau akhlaknya rusak, teknologi itu bisa jadi senjata pemusnah massal.
  • Ahli IT bisa bikin aplikasi keren, tapi kalau mentalnya serakah, bisa juga bikin malware, scam, bahkan ngeretas rekening orang.
  • Influencer & publik figur bisa ngomong pinter di depan kamera, tapi kalau adabnya nol, kontennya bisa jadi hate speech, body shaming, atau hal-hal yang merusak moral.

So, ilmu itu ibarat pedang. Adab adalah tangan yang megang pedang itu. Kalau tangannya salah arah, pedangnya bisa ngelukain siapa aja, termasuk dirinya sendiri.

Kenapa Adab Jadi Kunci di Era Modernisasi?

  1. Etika Digital (Digital Etiquette)
    Di medsos, cara kita berkomentar, bikin konten, atau sekadar nge-share postingan nunjukin adab. Jangan cuma pinter bikin konten, tapi isinya toxic.
  2. Kontrol Ilmu
    AI, big data, sampai deepfake bisa jadi solusi luar biasa. Tapi kalau dipake tanpa akhlak, hasilnya bisa buat kejahatan: manipulasi, hoaks, bahkan propaganda.
  3. Membangun Trust
    Orang pinter banyak, tapi nggak semua bisa dipercaya. Yang bikin orang dihormati justru akhlaknya, bukan sekadar gelar atau titel.

Adab First, Baru Ilmu

Kesimpulannya simple: ilmu penting, tapi adab lebih utama.
Imam Malik pernah bilang ke Imam Syafi’i muda:

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.”

Kalau kita pengen generasi yang bukan cuma jago teknologi, tapi juga punya akhlak mulia, maka pendidikan adab harus jadi prioritas. Karena tanpa akhlak, ilmu segila apapun bisa berubah jadi bumerang — nyakitin diri sendiri, bahkan ngerugiin orang lain.

👉 Jadi, next time kita ngejar ilmu atau upgrade skill, jangan lupa upgrade adab juga. Karena di era serba digital ini, pinter doang nggak cukup kalau nggak punya akhlak. [tim salamsyiar/popers.id]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version