JAKARTA | Anak lo udah pegang HP sendiri? Cek dulu, jangan-jangan aplikasi yang dia buka tiap hari sebenernya nggak cocok buat usianya!
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, ngingetin kita semua—khususnya para orang tua—kalau nggak semua aplikasi di HP, termasuk media sosial, itu aman dan cocok buat anak-anak. Pemerintah sekarang udah bikin aturan resmi soal ini, lho.
Aturan ini ada di Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 2025, yang punya nama resmi: Tata Kelola Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak, alias disingkat PP Tunas.
Di PP ini, pemerintah ngejelasin soal klasifikasi aplikasi dan platform digital berdasarkan tingkat risiko dan usia pengguna. Jadi bukan cuma asal install dan kasih anak akses doang ya—ada kategori dan pembatasannya.
Kapan Anak Boleh Akses Medsos?
Menurut Meutya, ada beberapa pembagian yang mesti kita tahu:
Di bawah 13 tahun ➝ cuma boleh buka platform yang super aman, kayak situs edukasi dan konten khusus anak-anak.
Usia 13-15 tahun ➝ boleh akses platform dengan risiko rendah sampai sedang.
Usia 16-17 tahun ➝ baru bisa akses platform berisiko tinggi, itu pun harus bareng orang tua.
18 tahun ke atas ➝ bebas akses semua platform, no restriction.
Yang dimaksud “risiko tinggi” ini bukan main-main ya—bisa jadi platform yang isinya:
konten pornografi,
kekerasan,
perundungan digital (cyberbullying),
atau yang bisa bikin anak stres, kecanduan, bahkan ganggu kesehatan mental dan fisik.
Medsos Wajib Ngaca!
Yang menarik, aturan ini nggak nyebut nama aplikasi satu per satu. Jadi, platform kayak X (dulu Twitter), Instagram, YouTube, TikTok dan lainnya harus evaluasi diri. Mereka kudu lapor ke Kementerian Kominfo Digital (Komdigi) soal kategori risikonya, berdasarkan beberapa indikator berikut:
Bisa bikin anak ngobrol sama orang asing?
Ada konten yang nggak pantas buat anak, kayak kekerasan atau pornografi?
Ada eksploitasi anak sebagai target iklan atau konsumen?
Mengancam keamanan data pribadi anak?
Bikin anak kecanduan?
Ngasih efek buruk ke psikologis atau fisiologis anak?
Kalau dari indikator itu ada yang nilainya tinggi, platform-nya otomatis masuk ke kategori high risk. Artinya, anak di bawah 16 tahun harus dilarang akses, dan anak 16-17 tahun pun tetap butuh pengawasan orang tua.
So, Apa yang Harus Dilakuin Orang Tua?
Meutya bilang, ini jadi tugas bareng antara pemerintah, orang tua, dan platform digital. “Platform digital nggak bisa disamaratakan. Makanya, kita klasifikasikan dulu berdasarkan risikonya—rendah, sedang, atau tinggi,” jelasnya waktu ngasih penjelasan di Sekolah Rakyat Sentra Handayani, Jakarta Timur (24 Juli 2025).
Dengan makin banyaknya konten random di internet, anak-anak jadi lebih rentan. Ada yang bikin ketagihan, ada yang bikin cemas, bahkan ada yang bisa bahayain diri mereka sendiri.
Makanya, aturan ini penting banget buat jadi pegangan. Pemerintah juga bakal awasi dan kasih arahan ke platform supaya mereka lebih bertanggung jawab soal siapa aja yang bisa akses layanannya.
Intinya…
Medsos boleh-boleh aja buat anak—tapi harus liat umur dan jenis platformnya. Jangan sampai anak kena konten toxic cuma karena kita lengah. Yuk, bareng-bareng jadi orang tua yang tech aware!