JAKARTA | Tahun 2025 jadi tonggak baru buat lahirnya Generasi Beta, alias bocah-bocah masa depan yang bakal hidup bareng teknologi canggih kayak kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi. Tapi, hidup serba AI ini ternyata nggak cuma soal enak aja—ada juga tantangan yang bikin deg-degan, terutama buat orang tua.
Apakah teknologi AI (Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan) akan menjadi ancaman atau peluang di masa depan? (foto: ilustrasi).
Orang Tua di Persimpangan: Optimis atau Waspada?
Adit, seorang ayah muda yang baru dikaruniai anak pertama, cerita kalau AI itu seperti pedang bermata dua. “Bisa jadi alat bantu yang keren, tapi bisa juga bikin anak jadi males karena apa-apa instan,” kata pekerja kreatif asal Jakarta Selatan ini.
Sementara itu, Vinda, seorang ibu di Bandung yang lagi nunggu kelahiran anak ketiganya, malah lebih parno. “Takut anak lebih pintar dari kita. Kalau kita enggak ngerti teknologi, jangan sampai nanti malah dibohongin sama anak sendiri,” katanya sambil ketawa.
Raden Vinda Marcelia Dwi Putri (dok. pribadi)
Di sisi lain, Windi, ibu muda di Bandung, justru lebih santai. “Kalau dilihat dari sisi positifnya, AI tuh bisa bantu anak-anak kita berkembang. Suami aku udah sering pakai ChatGPT buat kerja, jadi aku lebih banyak ngeliat manfaatnya aja,” ujarnya. Tapi Windi juga ngaku agak khawatir soal etika dan interaksi sosial yang mungkin tergerus teknologi.
Windi Rahmanita (dok. pribadi)
AI di Tengah Harapan dan Kekhawatiran
Peneliti dari CfDS UGM, Bangkit Adhi Wiguna, bilang kalau AI itu emang harus diterima dengan dua sisi: optimis tapi tetap skeptis. “Orang tua Gen Beta mesti melek banget soal teknologi ini, karena beda banget sama teknologi digital biasa. AI punya otonomi, jadi enggak bisa asal percaya sama hasilnya,” katanya.
Bangkit Adhi Wiguna, peneliti Center for Digital Society (UGM (dok. pribadi)
Santi, direktur AiCI, setuju kalau pendidikan soal AI perlu banget dari sekarang. “Bukan cuma belajar cara pakai, tapi juga biar anak-anak ini bisa jadi kreator teknologi di masa depan,” jelasnya. AiCI sendiri udah mulai ngajarin anak-anak bikin robot dan paham teknologi tiap akhir pekan.
Baiq Hana Susanti, Direktur Artificial Intelligence Center Indonesia (dok. pribadi)
Tapi masalahnya, Indonesia masih jauh ketinggalan. Kurikulum sekolah aja belum ngeh soal AI. Bahkan, pemahaman dasar kayak matematika masih banyak yang perlu dibenahin. “Jangan sampai kebijakan kayak nambah pelajaran coding malah jadi beban,” tambah Bangkit.
Tantangan Ke Depan: Siap atau Tidak?
Teknologi AI terus melaju kencang, dan Generasi Beta bakal tumbuh bareng itu semua. Mulai dari kemudahan dalam belajar sampai ancaman kayak hoaks dan keamanan data, semuanya ada di depan mata.
Pertanyaannya: kita sebagai orang tua dan masyarakat, udah siap belum? Atau bakal terus was-was, sementara AI makin canggih dan ngambil alih banyak aspek hidup kita? Waktunya mulai belajar dan beradaptasi sekarang!