Di Kota New York, di mana sejumlah komunitas memiliki akses terbatas terhadap produk segar, sebuah program yang unik mengajarkan siswa cara menanam makanan mereka sendiri dan memperbaiki kebiasaan makan mereka. Reporter VOA Aron Ranen mencoba menelusuri lebih jauh tentang program berkebun ini.
Di Brownsville, sebuah lingkungan di kota New York, kemiskinan dan terbatasnya akses terhadap makanan bergizi berkontribusi terhadap masalah kesehatan seperti diabetes.
Namun di sekolah-sekolah menengah setempat, organisasi nirlaba New York Sun Works mengatasi tantangan ini melalui kelas berkebun dalam ruangan (indoor) yang mempromosikan kebiasaan makan yang lebih sehat dan cara-cara berkelanjutan untuk menyediakan produk segar kepada masyarakat.
Manuela Zamora, direktur eksekutif organisasi itu, mengatakan, “Jadi kami ada di 350 sekolah negeri. Itu berarti ada 350 pertanian di lima wilayah di New York. Itu berarti 120.000 anak belajar sains melalui bertani mulai dari menanam benih hingga memanen. Ada hubungan khusus tercipta ketika Anda menanam makanan Anda sendiri. Apalagi makanannya sangat lezat karena benar-benar segar.”
Bagi sebagian besar siswa, ini adalah pertama kalinya mereka menanam dan menyaksikan tanaman pangan mereka tumbuh. Pengalaman langsung tersebut membantu menghubungkan mereka dengan kebiasaan makan yang lebih sehat.
Sharon Costello, siswa berusia 11 tahun, menyukai program tersebut. “Ini membantu saya memutuskan apa yang harus dimakan, karena sebelumnya saya biasa makan pizza, nugget ayam, tapi tidak ada sayurnya. Jadi sekarang saya makan salad,” komentarnya.
Elana Negron juga merasakan adanya manfaat. “Saya sebelumnya biasa makan junk food dan tidak terlalu sehat, tapi sekarang saya menyadari bahwa makanan sehat memiliki lebih banyak nutrisi di dalamnya daripada junk food. Junk food tidak terlalu membantu saya, dan makanan sehat memberi saya lebih banyak energi.”
Program ini sangat berdampak pada lingkungan warga berpendapatan rendah, di mana akses terhadap produk segar seringkali terbatas.
Lisa Hermann, kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama James B. Senat di Brownsville, mengungkapkan, “Sembilan puluh delapan persen siswa kami hidup di bawah garis kemiskinan, dan mereka tidak memiliki akses terhadap buah-buahan segar setiap hari. Kami memiliki siswa yang menderita diabetes atau penyakit terkait makanan lainnya karena mereka tidak memiliki akses terhadap sayur-sayuran dan buah-buahan.”
Dengan membawa pertanian langsung ke dalam kelas, program-program ini tidak hanya mengajarkan anak-anak cara menanam makanan mereka sendiri tetapi juga cara membuat pilihan yang lebih sehat dan bertahan seumur hidup.
Kate MacKenzie, direktur eksekutif Kantor Kebijakan Pangan Wali Kota New York, menyambut program ini.
“Belajar langsung mengenai bagaimana makanan itu berasal, menanamnya, dan memeliharanya serta memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap bagaimana makanan itu ditanam, akan berdampak pada apa yang mereka makan dan kebiasaan mereka, sehingga mungkin mereka tidak akan kehabisan makanan seperti kakek-nenek atau anggota keluarga mereka yang harus hidup dengan diabetes,” jelas Kate MacKenzie.
Setelah siklus pertumbuhan tanaman mereka mencapai puncaknya, para siswa memanen hasil kerja mereka. Zamora dari New York Sun Works mengatakan, para siswa bisa menikmatinya di rumah.
“Program panen ini bagian dari kurikulum. Siswa memanen ratusan kilogram sayuran yang mereka tanam di kelas, dan membawanya pulang. Ini adalah koneksi tambahan, kegembiraan tambahan, untuk menghubungkan ruang kelas dengan rumah,” sebutnya. [ab/uh]
Penampilan penari lengger lanang terkenal, Rianto, bersama pertunjukan gamelan, tari-tarian tradisional dan fashion show kekayaan wastra Indonesia memanjakan...