Salam Syiar

Ngaji bareng Mualaf

Published on

Oleh Abu Shaffa

Ilustrasi orang mengaji ( credit image pexels.com/Thirdman)

Teman muda Muslim, gue dapet cerita dari Abu Shaffa. Nah cerita ini pengen banget gue share sama lo semua.

Jadi Gini ceritanya,

Ini sebenarnya kisah di tahun 2021, namun rasanya perlu diangkat kembali untuk saling mengingatkan diantara kita betapa pentingnya “keteguhan” betapa mahalnya nilai “keistiqomahan”.  Ketika menulis ini agak berat rasanya bercerita, saya yang sudah beberapa tahun terakhir mencoba mengurangi aktifitas untuk bertemu langsung dengan mualaf karena sadar diri dengan kondisi psikis yang sentimental gampang trenyuh seperti orang jawa bilang, namun meskipun membatasi diri tapi In syaa Allah selalu “keep contact” dengan para aktivis dan ustadz di Mualaf Centre Indonesia reg Bogor untuk sekedar silaturahim walaupun lewat medsos.   Namun beberapa hari lalu Koh Jimy salah seorang aktivis mualaf pada pertemuan singkat menyampaikan undangan; tadz (panggilan kepada saya yg sebenarnya ngga saya pengen) antum datanglah kita silaturahim seperti dulu lagi.  Undangan ini tidak bisa saya tolak karena juga ada amanah infaq dari jamaah yang harus disampaikan untuk para mualaf ini.

Singkat cerita silaturahim dan ngaji  ini berlangsung penuh rasa kekeluargaan, mereka ini saudara-saudara kita juga kan?, dalam diksusi dan curhat pasca ngaji ini, kembali apa yang gue khawatirkan dan takutkan terjadi setelah mendengar curahan hati perjalanan hidup dari 2 orang akhwat yang berasal dari Aceh dan Padang dua daerah yang dianggap paling “Islami” di negeri ini, bagaimana tidak mereka yang terlahir muslim kemudian murtad karena pernikahan hingga rela di usir keluarga … mungkin ini yang dimaksud dengan istilah Love is Blind tetapi Alhamdulillah, Allah gerakan hati mereka untuk bisa kembali lagi dalam pangkuan Islam, dengar ini gue jadi keingetan sama ucapan aktivis Dewan Dakwah alm. Mas Nurbowo (semoga Allah merahmatimu.. Mas) , ketika saya mengomentari perjalanan dakwah beliau ke salah satu desa di Kab. Aceh Singkil, Ko (beliau sering memanggil dgn nama kecil saya) permutadhan itu nyata adanya mereka masuk dengan modus modus diakonia/bansos, perkawinan, relokasi dll. Dan saya juga teringat akan pembicaraan dengan salah satu ketua DKM bahwa di masjidnya  belum lama ini men “syahadatkan” kembali anak remaja (perempuan) yang karena pergaulannya saat kuliah menjadi murtad padahal anak ini terlahir dari keluarga muslim dan sejak bangku taman kanak-kanak sampai SMA selalu mengeyam pendidikan di salah satu sekolah islam terpadu.

Seketika itu juga teraduk aduk emosi ini tak sadar air mata menetes hingga semua terdiam dan larut pada tangis yang sama… cukup lama kami semua terdiam dalam suasana batin masing-masing, hingga saya tersadar… dan meneruskan diskusi.

 Ya Allah inilah yang saya takutkan  ketika harus mendengar dan berbicara tak kuasa menahan emosi mendengar perjalanan hidup saudaraku para mualaf ini,…

Ya Rabb betapa mahal harga sebuah ke istiqomah an

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Duhai dzat yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku atas agamamu

رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْ

Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku temasuk orang-orang yang berserah diri.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version