Pasca pandemi, jemaah Indonesia kembali berdatangan ke Arab Saudi untuk melaksanakan umrah. Namun, mereka harus menelan kekecewaan dan tidak berdaya ketika akomodasi yang dijanjikan diubah sepihak dengan alasan tarif hotel melonjak.
Beberapa mutawif di Makkah dan Madinah mengungkapkan, tarif hotel bintang lima yang biasanya sekitar 400 Saudi Riyal (SAR) kini naik sampai 300 persen, menjadi minimal 1.200 SAR.
Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (DPP AMPHURI) Farid Aljawi
Menurut Sekjen DPP Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Mohammad Faried Aljawi tarif hotel sekarang rata-rata 2.000 SAR per malam per kamar atau lebih dari Rp8,2 juta. Ada beberapa alasan yang memicu lonjakan tarif hotel. Yang utama, “Karena di bulan November, Desember, Januari adalah musim liburan sekolah di berbagai negara di dunia sehingga minat orang untuk melaksanakan ibadah umrah tinggi, terutama dari negara-negara Islam. Karena keterbatasan kamar, maka harga melonjak,” jelasnya.
“Amphuri mengeluarkan edaran kepada anggota untuk beberapa hal yaitu dimediasikan, apakah uang dikembalikan, (peringkat) hotel di-downgrade (diturunkan) atau membuat kesepakatan baru.
Menurut saya, karena ini bagian dari ibadah, memang harus transparan. Tidak bisa ada satu pihak yang dirugikan, satu pihak diuntungkan,” imbuh Aljawi.
Membatalkan keberangkatan adalah pilihan yang tabu karena bisa merusak citra perusahaan. Tetapi itu ditawarkan penyelenggara kalau jemaah tidak bersedia membayar tambahan untuk menutupi kekurangan. Beberapa travel, kata Faried, demi menjaga nama, tetap memberangkatkan jemaah dengan harga lama.
“Tapi mayoritas travel agency merevisi harga dengan ketentuan yang baru. Dan Asosiasi membuat surat secara resmi bahwasanya ini keadaan yang sebenarnya di Arab Saudi,” lanjutnya.
Jumlah jemaah Indonesia sejak 2022 sampai 2023 melampaui 1,5 juta, terbanyak sejauh ini. Sebelum pandemi, kata Faried, jemaah umrah terbanyak adalah dari Pakistan. Jumlah jemaah yang terus bertambah tidak akan menurunkan tarif hotel, malah akan terus naik. “Dan akan ‘gila-gilaan’ pada saat Ramadan, terutama 10 hari terakhir bulan puasa,” kata Faried.
“Sekarang ini harganya sekitar 2.000 SAR. Untuk akhir Ramadan, akan jadi 80 ribu sampai 100 ribu (SAR) per kamar per 10 hari,” komentarnya.
Menanggapi situasi yang meresahkan jemaah dan biro perjalanan, Konsul Jenderal Republik Indonesia di Jeddah, Eko Hartono, meminta penyelenggara umrah berkomunikasi dengan jemaah supaya jemaah mendapat haknya dan ibadah berjalan lancar. Ia mengatakan, jumlah jemaah umrah sekarang memang luar biasa banyak, terutama dari Indonesia.
Konjen RI di Jeddah, Eko Hartono, “Kembalikan selisih uang jemaah.”
“Kenapa jemaah kita membludak? Satu, karena sudah dua tahun tidak ada umrah dan haji sehingga mereka menggunakan kesempatan ini karena saking kangennya. Yang kedua, kami dengar dari Kemenag bahwa sebagian jemaah, terutama yang sudah usia sepuh-sepuh yang kemarin tertunda keberangkatannya tahun 2020-2021, karena pertimbangan usia dan sebagainya memutuskan untuk menarik diri. Tidak jadi ikut haji, umrah saja,” jelas Eko Hartono.
Bukan hanya jemaah dari Indonesia yang bertambah tetapi juga dari negara-negara lain. Akibatnya, untuk mendapat kamar hotel luar biasa sulit
Kalau dapat, harganya pasti mahal. Jadi, kata Eko, dia tidak yakin bahwa travel yang membawa jemaah bermaksud menipu dan secara sepihak mengganti akomodasi hotel.