Buat lo yang udah capek sama game open world yang isinya cuma map penuh ikon dan waypoint nyolot, Atomfall datang sebagai penyegar mata — dan pikiran. Rebellion, developer asal Oxford yang dulu bikin Strange Brigade dan adaptasi 2000 AD, lagi-lagi nunjukin ciri khas mereka: ngangkat budaya Inggris dengan gaya nyentrik, sarkastik, dan super unik.
Game ini dibuka dengan gambar telepon umum merah khas Inggris, berdiri manis di tengah alam Lake District yang damai… atau lebih tepatnya, “dulu” damai. Karena ini bukan Inggris versi brosur liburan. Ini Inggris versi post-nuclear nightmare setelah insiden nyata kebakaran nuklir Windscale tahun 1957 dibikin lebih gila jadi bencana total. Sekarang wilayahnya penuh zona karantina, militer, bandit, dan ancaman sci-fi aneh-aneh.
Lo mainin karakter tanpa nama dan tanpa ingatan, bangun di dalam bunker, lalu dikasih satu misi utama: cari tahu apa yang sebenernya terjadi di dunia yang kelihatannya indah tapi isinya neraka ini. Dari sinilah perjalanan lo dimulai — keliling open world yang bebas dijelajahi dari awal, ketemu karakter-karakter aneh, ngambil quest, dan pelan-pelan ngerangkai misteri besar di balik kekacauan.
Campuran Fallout x The Wicker Man… tapi British banget
Nuansanya? Campur aduk antara Fallout, The Wicker Man, dan novel sci-fi klasik, tapi dibumbui humor Inggris yang sarkas dan penuh referensi budaya. Pub, aksen regional, sampai obrolan soal Cornish pasties jadi bagian dari cerita. Semua dibungkus dengan tone santai tapi tetap nyentil, khas Rebellion banget.
Yang bikin beda, Atomfall nggak ngebimbing lo pakai peta penuh panah dan markah. Interface-nya minimalis. Lo harus ngamatin, nyari petunjuk, dan mikir ke mana harus pergi. Hasilnya? Pengalaman eksplorasi yang jauh lebih organik dan immersif. Emang sih, kadang jadi nyasar atau muter-muter, tapi itulah bagian dari serunya. Mau tau rahasia dunia ini? Ya lo harus kerja buat nemuin jawabannya.
Dan iya, kalau lo niat, lo bisa bunuh hampir semua NPC buat cari tau fakta yang disembunyiin. Bebas banget, bro!
Visual Oke Punya, Tapi… Combatnya Meh
Secara tampilan, Atomfall cakep banget. Bukan Lake District yang realistis, tapi versi surealisnya: pemandangan hijau, bangunan ala Cotswold, hewan liar, semuanya dirancang buat ngebangun atmosfer yang tenang sekaligus serem. Dan hebatnya, visual ini jalan mulus dengan resolusi tinggi dan frame rate stabil — jarang-jarang game bisa kasih dua-duanya tanpa kompromi.
Tapi sayangnya, bagian combat malah jadi titik lemah. Tembak-menembaknya biasa banget, stealth-nya sederhana, musuhnya juga kurang pinter — kadang cuma berdiri diem nunggu ditembak. Ada crafting dan skill tree sih, tapi nggak terlalu ngaruh. Nggak ada momen “wow” kayak X-Ray Kill Cam di Sniper Elite. Jadi ya, combat cuma sekadar ada, bukan sesuatu yang bikin nagih.
Kesimpulan: Game Eksplorasi yang Punya Jiwa
Meski sisi aksinya biasa aja, Atomfall tetep layak dicoba. Ceritanya kuat, dunia gamenya unik, dan gaya eksplorasinya bikin lo betah mikir dan mantengin lingkungan sekitar. Ini bukan game yang ngasih jawaban di awal — tapi justru bikin lo pengen nyari sendiri.
Dan seperti Inggris-nya yang penuh kontras — antara keindahan dan kekacauan — Atomfall juga tampil rugged, tapi charming. Cocok buat lo yang nyari pengalaman open world yang beda dari yang lain.