Raksasa Teknologi Amerika “Bersih-Bersih” Program Keberagaman

JAKARTA | Jelang pelantikan Donald Trump, perusahaan teknologi besar kayak Meta (Facebook, Instagram, WhatsApp) dan Amazon mulai “beres-beres” program keberagaman mereka. Gara-garanya, kubu konservatif yang dimotori Partai Republik makin kenceng nentang inisiatif-inisiatif keberagaman di tempat kerja.

Sejak 2021, ada lebih dari 25 perusahaan AS yang dapat surat protes dari pemegang saham. Surat itu bilang kalau program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI) dianggap diskriminasi ilegal yang bisa rugiin investor.

Awalnya, program keberagaman ini digalakkan setelah kasus tragis George Floyd dan protes besar di Amerika soal diskriminasi rasial tahun 2020. Tapi sekarang, tren mulai berubah.

Meta, misalnya, baru aja ngumumin kalau mereka bakal mengakhiri beberapa program DEI yang selama ini ngaruh ke perekrutan, pelatihan, dan pemilihan supplier. Nggak cuma itu, Meta juga menghapus program pengecekan fakta dan mengangkat Joel Kaplan, seorang tokoh Partai Republik sekaligus teman dekat Trump, jadi Chief Global Affairs mereka.

Amazon juga nggak mau kalah. Mereka bilang bakal “mengurangi program lama” soal inklusi dan merampungkannya akhir 2024.

Buat kubu konservatif, DEI dianggap nggak efektif, bahkan bisa jadi alasan buat tuntut perusahaan. Elon Musk dan teman-teman Trump minggu lalu juga bilang kalau program keberagaman ini bikin respons terhadap kebakaran hutan di Los Angeles jadi lambat.

Yah, kelihatannya, keberagaman di perusahaan teknologi besar ini lagi “digeser” demi adaptasi ke situasi politik yang baru. 🌐

_{^{sumber cnbcindonesia}}